Membanggakan! Atlet Asal Kubu Raya Ini Raih Medali Emas Kejuaraan Dunia Hapkido di Korsel
Perjuangan Devi yang merupakan anak yatim piatu asal desa Ambangah, Kubu Raya ini tidaklah mudah, terlebih Hapkido merupakan olahraga baru
Penulis: Try Juliansyah | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribunpontianak, Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Devi Safitri yang berhasil menjadi juara dunia Hapkido di Seoul, Korea Selatan beberapa waktu lalu disambut kemeriahan masyarakat Kubu Raya, Selasa (31/7/2018).
Ia saat itu turun dinomor Dae Ryeon Kelas Feather under 57 Kg.
Ketibaan Devi dijemput di bandara Supadio dan langsung dibawa ke Kantor Bupati Kubu Raya.
Baca: Momen 10 Tahun Tribun Pontianak, Rusman Ali Harap Kerjasama Saling Mengisi Pembangunan
Baca: Dikumpulkan Mendadak, 14 Anggota Polda Kalbar Dites Urine
Perjuangan Devi yang merupakan anak yatim piatu asal desa Ambangah, Kubu Raya ini terbilang tidaklah mudah, terlebih Hapkido merupakan olahraga baru yang masuk ke Kalbar.
Namun karena Devi juga telah memiliki dasar-dasar beladiri dari olahraga tae kwondo sehingga ia tidak terlalu kesulitan mendalami olahraga baru ini.
Baca: Foto-foto Lomba Paduan Suara Anak pada Pesparawi Nasional XII di GBI Elshaddai Pontianak
Baca: Petugas Patroli Polres Mempawah Temukan Mobil Bawa Barang Mencurigakan, 3 Pria Akhirnya Diamankan
Hapkido masuk masuk 2016 melalui, latihan pintas mencari leader dan bibit muda dari pusat.
Kemudian, 2017 Kejurnas ke dua di Jogja, Kalbar mengirim 5 Atlet dan kelimanya dari kubu raya, dan mendapat 4 medali emas dan satu perak, dari hasil tersebut mendapat tiket kejuaraan Maret 2018 juara dua tingkat Asean.
"Kemudian saya mendapat tiket untuk mengikuti hapkido di kejuaraan duani yang diikuti 19 negara," ujarnya.
Diakuinya hampir semua teknik dasar hapkido memang tidak jauh berbeda dengan taekwondo. Hanya saja memang ada beberapa teknik yang harus ia pelajari dari hapkido.
"Sebelumnya memang saya berlath di tae kwondo, umur 19 tahun mulai di hapkido. hapkido ini 70 persen dari taekwondo, sisanya ada bantingan dan lainya, jadi tidak ada kesulitan karena sudah ada dasarnya, dan point bantingan ini paling besar," tuturnya.
Ketika memulai olahraga ini diakuinya memang banyak sekali kesulitan yang dihadapi. Terlebih olahraga baru ini diakuinya belum banyak dikenal oleh masyarakat.
"Suka dukanya kalau latihan karena baru, jadi latihan fightingnya dengan pelatih saya ini. Mudah-mudahan dengan prestasi ini sehingga masyarakat Kubu Raya lebih banyak yang tertarik," katanya.
Selama berada di Korea diakuinya pula tidak terlalu kesulitan, walaupun dari Kalbar ia hanya berangkat sendiri. Bahkan pelatihnya juga tidak bisa ikut serta karena keterbatasan dana.
"Pelatih saya tidak ikut karena keterbatasan dana, dan itu juga pelatih susah berusaha keras untuk memberangkatkan saya," katanya.