Breaking News

Pengamat Politik: Gagal di Pilkada Lalu Maju Pileg Tak Masalah Selama Tak Langgar Aturan

Pengamat Politik, Akademisi Untan, Sukamto mengatakan terkait banyaknya calon kepala daerah yang gagal di Pilkada dan memutuskan maju ke Pileg.

Penulis: Ishak | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ SYAHRONI
Dekan FISIP Untan, Sukamto saat diwawancarai, Selasa (28/11/2017) 

Laporan wartawan Tribun Pontianak, Ishak

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Politik, Akademisi Untan, Sukamto mengatakan terkait banyaknya calon kepala daerah yang gagal di Pilkada dan memutuskan maju ke Pileg.

"Menurut saya selama peraturan membolehkan hal tersebut, membenarkan itu, ya tidak masalah. Selama aturannya memang membolehkan, sah-sah saja," katanya.

Kalaupun ada yang menjadi sesuatu yang agak 'mengganggu,' maka hal itu menurut saya terkait dengan etika berpolitik. Idealnya, janganlah kita seperti mau ke mana-mana, sana sini mau.

Ditinjau dari sisi etika politik, fenomena ini saya pikir menunjukkan sisi opportunistik dari para elit politik kita cukup tinggi.

Sikap opportunistik semacam inilah yang pada beberapa masyarakat, dinilai sebagai sesuatu yang kurang bijak dari sisi etika politiknya.

"Seolah-olah begitu ingin dengan jabatan. 'Sini' mau, tapi kalau tidak dapat 'di sana' juga mau," tuturnya.

Baca: 6 Mitos dari Seluruh Dunia Terjadi Gerhana Bulan, Diantaranya Pertanda Datangnya Penyakit

Kalau bicara peluang meraih suara, tentu mungkin sangat besar. Apalagi mereka tentu punya popularitas yang lebih baik, karena dikenal lewat momentum Pilkada yang diikutinya.

Tapi untuk keterpilihan, saya pikir akan sangat kembali kepada elektabilitas di masyarakat. Bahkan bukan tidak mungkin masyarakat akan antipati, dan menarik dukungannya.

Sehingga bisa saja saat Pilkada memberikan suaranya kepada yang bersangkutan, namun saat Pileg justru tidak. Keputusan ini bisa saja diambil, karena masyarakat sebagai pemilih merasa jenuh dan antipati sebagai imbas akan citra negatif dari etika politik tadi. 

Masyarakat tidak buta dan bisa menilai. Artinya secara etika politik tadi, jika sudah gagal di persaingan perebutan kursi eksekutif, tapi setelahnya langsung banting setir ke kursi legislatif, saya pikir masyarakat belum tentu mau lah berikan dukungannya kembali.

Kantong suara yang dipilih saat Pilkada tentu tidak bisa diidentikkan dengan kantong suara di Pileg nantinya. Kontestasinya berbeda dengan suasana yang tentu berbeda pula.

Apalagi politik ini sangat lekat dengan penilaian akan citra dari seorang tokoh. Karenanya, idealnya ya ketika sudah mencalonkan diri di jalur eksekutif tapi kalah, berikan kesempatan kepada orang lain di jalur legislatif.

Banyak tokoh yang juga ingin membangun karir politiknya dengan kapasitasnya masing-masing. Dengan kata lain, berbagi kesempatanlah kepada orang lain.

Tentu kita berharap para calon anggota legislatif, siapapun dia, ketika nantinya terpilih tentunya harus bisa betul-betul memperjuangkan aspirasi rakyat. Artinya, ketika sudah terpilih sebagai anggota dewan, tugas utamanya adalah memperjuangkan aspirasi rakyat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved