Dedikasi Tinggi Bertaruh Nyawa, Kisah Kenji Nagai Jurnalis yang Tetap Memotret Meski Tertembak

Profesi ini memang tidak main-main, harus siap mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa saat bertugas.

Editor: Madrosid
flickr
Kenji Nagai memotret meski telah tertembak 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Puluhan jurnalis terbunuh setiap tahunnya di seluruh dunia.

Profesi ini memang tidak main-main, harus siap mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa saat bertugas.

Salah satu jurnalis yang tewas saat bertugas adalah Kenji Nagai.

Ia seorang jurnalis foto dari Jepang.

Nagai meliput protes anti-pemerintahan di Myanmar pada September 2007.

Baca: Workshop HAM, Daniel Awigra: Jurnalis dengan Perspektifnya Akan Melihat Persoalan Secara Vertikal

Di tengah massa aksi yang meledak di jalanan dan bentrokan dengan pasukan militer, seorang tentara menembak Nagai hingga ia terjatuh.

Dalam keadaan tergeletak di tanah pun, Nagai masih sempat memotret tentara yang lalu diduga menembak dadanya dari jarak dekat.

Peristiwa ini diberitakan oleh berbagai media internasional kala itu, termasuk di antaranya The Guardian dan Reuters.

Seorang fotografer Reuters berhasil mengabadikan momen tersebut dan mendapatkan penghargaan dari Pulitzer.

Sementara itu, Nagai tewas di tempat setelah peluru menembus dada sebelah kanan hingga ke jantungnya.

Dunia mengecam peristiwa ini.

Jurnalis seharusnya dilindungi saat bertugas meliput berita, termasuk perang dan protes atau aksi massa.

Dilansir dari ThoughtCo, ibu Nagai saat diwawancara mengatakan bahwa ia sebenarnya mengerti risiko pekerjaan putranya, tetapi tetap saja hatinya selalu berdebat tiap kali melihat Nagai berangkat bertugas. 

 
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved