Pilgub Kalbar
Sutarmidji Disebut Pemimpin Berintegritas
Mulyadi memandang, komitmen Sutarmidji untuk on the track dalam memimpin Kota Pontianak perlu diapresiasi tinggi.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Calon Gubernur Kalimantan Barat Nomor Urut 3, Sutarmidji, disebut sebagai pemimpin yang berintegritas.
Pasalnya, selama memimpin Kota Pontianak, Sutarmidji dinilai tak kenal kompromi terhadap praktik tindak pidana korupsi yang dilakukan jajaran Pemkot Pontianak.
Hal tersebut diungkapkan oleg Pengamat dari Universitas Panca Bhakti Kalbar, Mulyadi.
Mulyadi memandang, komitmen Sutarmidji untuk on the track dalam memimpin Kota Pontianak perlu diapresiasi tinggi.
Baca: Terungkap! Inilah 5 Hal Yang Ada Pada Cagub Sutarmidji saat Berkampanye
Baca: Artis KDI 3 Ini Sebut Karakter Sutarmidji Selaras dengan Jiwa Generasi Millenial
Mengingat tak banyak kepala daerah di Indonesia yang berani bersikap anti korupsi dalam menjalankan roda pemerintahannya.
"Dua periode Sutarmidji menjadi wali kota, clear tidak ada korupsi di jajaran Pemkot era Sutarmidji. Hal ini menunjukan sikap konsistensi Sutarmidji yang menjalankan kepemimpinannya berdasarkan peraturan hukum yang berlaku," kata Mulyadi.

Lebih lanjut Mulyadi menambahkan, untuk mempercepat pembangunan di Kalimantan Barat ke depan, tentu sangat membutuhlan pemimpin yamg teruji secara moral dan integritas.
Sehingga semua anggaran yang dikelola pemerintah provinsi dapat lebih dioptimalkan untuk memberika pemerataan pembangunan di Kalbar.
Baca: Terkait Pukat Trawl di Mempawah, Ini Kata Erlina Ria Norsan
Baca: Kembangkan Potensi Wisata Danau Sentarum, Ria Norsan Ingin Masyarakat Sejahtera
"Figur kepemimpinan Sutarmidji sudah teruji integritasnya. Ini modal utama dalam mempercepat pemerataan pembangunan di Kalbar. Karena Sutarmidji sangat transparan dalam pengelolaan anggaran pembangunan daerah," tuturnya.
Karena itu, Mulyadi optimistis Kalbar ke depan benar-benar akan menjadi provinsi maju dan sejahtera di bawah kepemimpinan Sutarmidji yang berintegritas.
Sebab kata Mulyadi, kalau kemajuan daerah tidak signifikan, berarti dipertanyakan komitmen pemimpin daerahnya.
"Stagnasi pembangunan itu seringkali akibat pemimpin daerahnya yang tak berintegrotas," ucap Mulyadi, akademisi Universitas Panca Bhakti ini. (*)