Bangun Budaya Kritis 'Berisi' Nan Solutif Lewat Kompetisi Debat
kita bisa melihat sejauh mana rekan-rekan mahasiswa memandang isu-isu hangat yang berkembang di masyarakat saat ini.
Laporan Wartawan Tribun Pontianak Ishak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Umumnya, ada dua gambaran melekat pada seseorang yang menyandang predikat sebagai mahasiswa. Pertama adalah seorang insan akademis, dan ke dua, adalah 'agent of change' dalam konteks generasi muda penerus bangsa.
Dari dua konteks ini, bukan hal aneh manakala seorang mahasiswa punya daya kritis terhadap permasalahan sosial yang ada. Dipandang dengan penalaran berdasarkan teori-teori akademis.
Mengundang berbagai perwakilan dan utusan kampus di Pontianak, daya kritis inilah yang kemudian 'diadu' dalam kompetisi debat bertajuk 'Lomba Debat Hukum VIII'.
"Tujuan utama dari agenda ini adalah kami ingin mengajak rekan-rekan mahasiswa melihat berbagai sudut pandang terhadap berbagai permasalahan sosial dan bangsa yang ada di zaman modern sekarang. Bersama-sama menguji nalar kritis masing-masing," ujar Ketua Panitia Lomba Debat Hukum (LDH) VIII, Leo Holdy (20), via percakapan WhatsApp, Senin (26/03/2018).
(Baca: Pelatih Voli SMAN 7 Akui Full Day School Berdampak pada Jadwal Latihan )
Lewat ajang ini, menjadi sarana tepat bagi rekan-rekan mahasiswa untuk beradu dialektika berfikir. Mengedepankan aspek kritis dengan dasar-dasar yang jelas, hingga mencari celah berbagai alternatif solusi.
Aspek teoritis akademis yang dikedepankan, jadi hal penting dalam membentuk opini dan alternatif solusi. Sehingga tak menjadi sebuah perdebatan kosong atau populer disebut debat kusir.
"Dengan adanya sarana kompetisi debat ini, kita bisa melihat sejauh mana rekan-rekan mahasiswa memandang isu-isu hangat yang berkembang di masyarakat saat ini. Mencari alternatif solusi berdasarkan landasan teoritis yang benar dan solutif," lanjutnya.