Karolin Dorong Hak Paten Pengrajin Kain Songket Sambas

Calon Gubernur Kalimantan Barat, dr Karolin Margret Natasa menyarankan kepada masyarakat pengrajin kain Songket Sambas

TRIBUNFILE/ISTIMEWA
Calon Gubernur Kalimantan Barat, dr. Karolin Margret Natasa saat menghadiri dan belajar menenun saat diundang masyarakat pengrajin tenun Songket Sambas di Dusun Keranji, Selasa (13/3/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Calon Gubernur Kalimantan Barat, dr Karolin Margret Natasa menyarankan kepada masyarakat pengrajin kain Songket Sambas yang ada di Dusun Keranji, Kecamatan Sambas untuk mendaftarkan hak paten dari setiap motif Songket yang dibuat.

"Ini sangat penting karena apa yang dihasilkan oleh para pengrajin Songket ini merupakan hak cipta yang perlu dilindungi. Dengan adanya hak paten, tentu masyarakat luar tidak bisa menirunya karena telah dilindungi undang-undang," kata Karolin berdasarkan rilis yang diterima saat menghadiri undangan masyarakat pengharjin tenun Songket Sambas di Dusun Keranji, Selasa (13/3/2018).

Menurutnya, usaha kerajinan tenun Songket selain potensial untuk memajukan ekonomi masyarakat juga bagian dari upaya melestarikan tradisi budaya Melayu Sambas.

Proses pembuatan kain tenun itu memang tidak gampang.

Untuk pembuatan sehelai kain dengan panjang sekitar dua meter, membutuhkan waktu sekitar satu bulan dengan penuh ketelitian, kesabaran, dan keahlian si penenun.

Baca: Rekaman CCTV Tunjukkan Sosok Diduga Pelaku Kotori Masjid Baiturrahman Pontianak, Ini Ciri-cirinya!

"Karena buatnya tidak mudah, tentu ini harus didaftarkan hak patennya, agar bisa menjadi budaya tersendiri bagi masyarakat. Pemerintah tentu juga memiliki andil besar untuk menjaga dan melestarikan budaya tenun Songket ini, sehingga hal ini tentu akan menjadi salah satu perhatian kami jika dipercayakan masyarakat untuk memimpin Kalbar kedepan," katanya.

Bupati Landak yang sedang mengambil cuti Kampanye Pencalonan Pilgub Kalbar ini menambahkan, permasalahan pengrajin ini biasanya ada pada bahan baku, produktivitas (pasokan bahan baku) dan penjualan.

"Saya tahu betul hal ini karena ibu saya sudah sepuluh tahun menjabat sebagai Ketua Dekranasda Kalbar, sehingga saya tahu betul apa kendala yang dihadapi oleh para pengrajin tenun," katanya.

Kendala lainnya, lanjut Karolin, karena penjualan kain Songket ini harganya yang mahal sehingga memerlukan varietas produk turunan dari Songket agar harganya bisa terjangkau.

Dirinya menyarankan, jika perhelai kain songket bisa mencapai Rp1 juta rupiah, namun jika ini diolah menjadi kombinasi kemeja, atau baju, tentu harganya bisa lebih murah, namun tidak menghilangkan karakteristik dari kain songket itu sendiri.

Baca: Video Kedatangan Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang Berikan Sosialisasi 4 Pilar di Sukadana

"Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, saya sarankan kepada pengrajin Songket agar bisa mengikuti trend pasar atau market yang ada, bukan membuat sesuai dengan keinginan sendiri," kata Karolin.

Ditempat yang sama, Calon Wakil Gubernur Kalbar, Suryatman Gidot mengatakan dirinya menyatakan bahwa jika selama ini hasil tenun Songket Sambas hanya dipasarkan di wilayah Kalbar dan kurang dipasarkan diluar, ke depan dirinya berkomitmen untuk membantu memperluas pasar kain Songket tersebut.

"Ini menjadi potensi besar, karena beberapa kali berkunjung ke Malaysia, kain Songket Sambas ini selalu menjadi idola. Makanya saya tahu betul, potensi pemasaran kain Songket ini sangat besar, asal kita tahu bagaimana proses memasarkannya," kata Gidot.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved