Diskes Kalbar Ajak Cegah Stunting Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Misalnya, wanita harus mengkonsumsi buah dan sayur. Lakukan aktivitas fisik dengan olahraga

Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / RIZKY PRABOWO RAHINO
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kalbar, Yulsius Jualang 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Yulsius Jualang menerangkan satu diantara pencegahan stunting adalah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis tidak datang tiba-tiba. Masyarakat harus menerapkan gaya hidup sehat, terutama kaum ibu. Tidak hanya ibu, namun juga remaja-remaja wanita yang merupakan cikal bakal calon ibu nantinya.

“Misalnya, wanita harus mengkonsumsi buah dan sayur. Lakukan aktivitas fisik dengan olahraga,” ungkapnya, Minggu (4/3/2018) siang.

(Baca: Selain TV dan Radio, Debat Kandidat Pasangan Calon Akan Live Streaming di Fanpage Tribun Pontianak )

Selain melalui gerakan masyarakat hidup sehat, pencegahan stunting juga dilakukan melalui intervensi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Upaya cegah stunting juga dilakukan sejak calon bayi masih di dalam kandungan rahim sang ibu hingga lahir dan mencapai usia tiga tahun.

“Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan merupakan kesempatan emas untuk memperbaiki gizi anak dan mencegah stunting. Dengan program ini, pertumbuhan dan perkembangan anak bisa terus terpantau,” katanya.

(Baca: Satlantas Polres Singkawang Berbenah, Priyanto : Sabtu Khusus Pelayanan Perpanjangan SIM )

Pemantauan status gizi di wilayah Kalimantan Barat juga melibatkan pihak ketiga. Berdasarkan pemantauan, ia mengaku ada peningkatan kasus stunting pada kategori Balita atau anak di bawah usia lima tahun.

“Sedangkan angka stunting batita atau anak di bawah usia tiga tahun mengalami penurunan,” jelasnya.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar mencatat ada 28,2 persen bocah Kalbar berusia 0-1.000 hari menderita stunting untuk dua kategori yakni sangat pendek dan pendek.

Menurutnya, penurunan kasus stunting batita lantaran intervensi 1.000 HPK.

“Kami memang memperkuat program intervensi 1.000 HPK. Sejauh ini, program berjalan dengan baik dalam upaya mengatasi stunting,” tukasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved