Unik! di Klinik Ini Pasien Bisa Bayar Berobat Tak Gunakan Uang, Namun Dengan Sesuatu Tak Biasa Ini
Bibit pohon yang mereka dapat dari barter biaya pengobatan tersebut akan digunakan untuk reboisasi dan pupuk untuk kebun organik.
Penulis: Syahroni | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAYONG UTARA - Berangkat dari rasa keprihatinan terhadap pembalakan liar dan penebangan hutan yang di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung di Kayong Utara, dr. Kinari Eve Webb mendirikan yayasan ASRI.
Yayasan ASRI yang didirikannya ini tak hanya bergerak pada konsevasi dan reboisasi hutan saja, melainkan bergerak dibidang kesehatan juga.
Untuk menjamin kesehatan masyarakat, Yayasan ASRI mendirikan klinik ASRI yang terletak di Kayong Utara.
Baca: Tingkatkan Budaya Tertib Berlalu Lintas, Polsek Jawai Selatan Pasang Spanduk Imbauan
Namun ada yang unik dan menarik perhatian yayasan yang didirikan sejak 2009 lalu dan kini telah memiliki klinik sekelas rumah sakit dan masyarakat berobat tak hanya bisa menggunakan uang tapi jiga bisa menggunakan bibit pohon serta kerajinan tangan untuk biaya pengobatan mereka.
Baca: Akun Instagram Key SHINee Banjir Ucapan Sedih Setelah Posting Ini
"Di Klinik ASRI boleh masyarakat boleh membayar dengan cara non tunai. Jadi boleh bayar dengan bibit, kerajinan tangan, pupuk atau masyarakat mau bekerja juga boleh menggantikan uang berobatnya," ucap dr. Kinari Eve Webb saat ditemui di Klinik ASRI, Rabu (24/1/2018).
Kinari menjelaskan bibit pohon yang mereka dapat dari barter biaya pengobatan tersebut akan digunakan untuk reboisasi dan sedangkan pupuk untuk kebun organik.
Pihaknya juga memberikan pelajaran pada masyarakat agar mereka dapat beralih dari pekerjaan penebang hutan menjadi pekerja lainnya.
"Kita berikan pembelajaran pada masyarakat agar mereka tak lagi menjadi penebang pohon. Maka kita berikan pendidikan mengenai cara berkebun organik, itu kita lakukan untuk menkan angka logging. Angka logging saat ini di Kayong utara berdaswekan data ASRI turun 89 persen di Taman Nasional Gunung Palung," jelas bule asal Amerika Terikat yang sudah pasih berbahasa Indonesia ini.
Ia menceritakan mendapat inspirasi membuat klinik yang biaya berobatnya tak mesti tunai menggunakan uang karena alasan ia ingin mencari solusi supaya masyarakat dipastikan mendapat pelayanan kesehatan walaupun mereka miskin dan kaya harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama.
"Kami tak mau membedakan orang, menurut kami semua manusia itu sama. Kaya miskin, dalam negeri maupun luar negeri itu sama saja. Kita harus melayani dengan sama,"ujarnya.
Ia mengatakan terkadang orang tak punya uang mereka sakit dan harus berobat maka jika mereka tak mampu membayar dengan uang.
"Tapi kita yakin mereka masih bisa memberi sesuatu dan mereka juga bisa membuat dunia lebih sehat maka itulah yang mereka bisa bayar. Maka kami menerima bisa berobat non tunai dengan membayar pakai pohon dan kerajinan tangan," jelasnya.