Genapkan Karya, Satu Lagi Penulis Lokal Kalbar yang Akan Meluncurkan Buku
Peluncuran buku ini akan dilakukan di Tiga Kopi, Jalan Ketapang, Gajah Mada (8/1/2018) malam, diikuti dengan obrolan seputar buku ini.
Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Claudia Liberani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Satu dari penulis asal Kalbar, Kakanda Redi yang dikenal sebagai penulis lokal yang sangat produktif, kembali meluncurkan sebuah buku berjudul Rhein (karnasi).
Buku ini merupakan buku yang menggenapkan targetnya untuk meluncurkan buku setiap tahun.
Peluncuran buku ini akan dilakukan di Tiga Kopi, Jalan Ketapang, Gajah Mada (8/1/2018) malam, diikuti dengan obrolan seputar buku ini.
Sebelumnya, selama 2017, dia sudah menulis antologi puisi berjudul Klandestin, Kampung Para Kanjeng, Embun Pagi Lereng Pesagi, dan ditutup dengan Rhein (Karnasi).
Baca: Bengkel Seni fisipol Untan Bakal Gelar Galeri seni Roadshow di Kota Sanggau
“Bagi saya produktivitas dalam menulis sangat penting. Maka dari itu, setiap tahun saya akan menerbitkan buku secara tunggal maupun antologi. Tahun 2017 saya tutup dengan Rhein ” ujarnya saat diwawancari, Minggu (7/1/2018).
Dia berharap gerakan-gerakan literasi di Kalimantan Barat semakin gencar dilakukan, satu diantaranya dengan memberikan dukungan pada karya-karya penulis lokal, sehingga tidak menutup kemungkinan di kemudian hari tingkat literasi Kalbar bisa sejajar dengan daerah lain di Indonesia.
Baca: Menjadi Guru dan Seorang Blogger
“Dukung terus gerakan Kalbar Membaca dengan membaca buku-buku penulis lokal. Semoga dengan itu, literasi di Kalimantan Barat akan sejajar dengan daerah-daerah lain di Indonesia,” ujar penggagas Kalbar Membaca, Varli Pay Sandi, yang sangat mendukung terselenggaranya acara ini.
Diskusi literasi seperti ini menurutnya harus terus ditumbuhkembangkan di Kalimantan Barat. Berkumpul tidak hanya menghabiskan waktu sia-sia, tapi ada manfaat yang didapat.
“Membuka tahun 2018 dengan mendekatkan literasi kepada setiap pengunjung setia warung kopi di Kota Pontianak. Ngumpul di warkop tentunya tidak melulu soal harum kopi tapi harusnya diisi juga dengan percakapan soal-soal perkembangan literasi serta sumbangsih dan peran masyarakat di dalamnya," pungkasnya.