Saat Ditemukan Dua Orangutan Stres Berat dan Kelaparan
Diduga, mereka memasuki areal perkebunan karena kesulitan mendapatkan makanan di habitanya akibat rusaknya hutan tempat mereka bernaung.
Penulis: Ayu Nadila | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Listya Sekar Siwi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Empat individu orangutan (Pongo pygmaeus sp.) yang terdiri atas tiga betina dan satu jantan, dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) di wilayah Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, 21-22 November 2017.
Keempatnya masing-masing diberi nama: Mama Laila (betina, 14 tahun), Lili (anak Mama Laila, betina, 4 tahun), Lisa (betina, 5 tahun), dan Vijay (jantan, 5 tahun).
Mama Laila dan Lili merupakan dua orangutan liar yang berasal dari wilayah Kecamatan Sei Awan. Induk dan anak itu ditemukan di perkebunan karet milik warga.
(Baca: Direktur PPSW: Korelasi Kemiskinan dengan Stunting Sangat Erat )
Saat ditemukan, kondisi kedua orangutan tersebut dalam keadaan stres berat dan kelaparan.
Diduga, mereka memasuki areal perkebunan karena kesulitan mendapatkan makanan di habitanya akibat rusaknya hutan tempat mereka bernaung.
Manajer Operasional YIARI, drh Adi Irawan, mengatakan, saat ditemukan, Laila tampak sangat ketakutan.
(Baca: Ingin Ngobrol Seputar Dunia Fotografi Komersil dan Make Up Art, Catat Tanggalnya! )
Dia tidak berhenti memeluk erat anaknya, Lili. Dia sering berteriak karena merasa terancam. Area gluteal dari Laila tampak mengalami kebotakan (alopecia) dan sangat kotor. Hal ini mengindikasikan, Laila banyak menghabiskan waktunya duduk dan berada di tanah—suatu kecenderungan yang menandakan lemahnya keadaan fisik dan minimnya ketersediaan pakan di perpohonan.
“Pada tanggal 16 September 2017, tim rescue YIARI segera datang ke lokasi dan mengamankan kedua orangutan liar ini melalui pembiusan dan segera membawa keduanya ke pusat rehabilitasi orangutan YIARI,” ungkap Adi dalam rilis yang diterima tribunpontianak.co.id, Selasa (28/11/2017).
Vijay dibawa ke YIARI Ketapang pada tanggal 20 November 2017 oleh pemiliknya. Sebelumnya, orangutan jantan ini ditemukan pemiliknya di kebun. Karena merasa kasihan, orang tersebut mengambil dan memelihara Vijay dalam kandang berukuran 3x1 meter.
Sementara, Lisa ditemukan warga di Desa Sungai Bulu, Manis Mata, di areal ladang pertanian pada 18 Januari 2015. Dia kemudian dipelihara oleh warga dengan cara sangat menyedihkan: lehernya terus menerus diikat tali, hanya diberi makanan berupa cempedak, dan diminumi air putih. Lisa lalu dibawa oleh enam petugas Kepolisian Sektor Manis Mata, Ketapang, dengan ditaruh di dalam tong tempat sampah yang dilobangi bagian atasnya sebagai ventilasi udara. Aparat kemudian menyerahkan Lisa ke YIARI.
Saat ini, masih terdapat 109 individu orangutan yang dirawat di pusat penyelamatan dan rehabilitasi orangutan YIARI di Ketapang. Selama tahun 2017, sebanyak 12 individu orangutan yang telah dilepasliarkan oleh YIARI di TNBBR. Pada tahun yang sama, jumlah orangutan yang masuk ke pusat penyelamatan lebih dari 20 individu. Hal ini mengindikasikan, kerusakan hutan sebagai habitat orangutan semakin tinggi.
“Orangutan yang direhab tak serta merta bisa langsung dilepasliarkan. Harus dirawat, diobati, dan dikembalikan kemampuan dan instingnya untuk hidup di alam liar. Butuh waktu yang lama dan biaya sangat besar,” papar Karmele.
Oleh karena itu, dia menyampaikan terima kasih kepada KEHATI melalui program TFCA Kalimantan yang telah memberi dukungan finansial bagi kami untuk bisa menyelesaikan pekerjaan ini.
“Yang bisa kami sampaikan, merusak kehidupan orangutan itu gampang, tapi memberi kehidupan kembali mereka itu sangat susah dan luar biasa mahal,” imbuh Karmele. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/lepas-liar-orangutan_20171128_112340.jpg)