Mengenal Lebih Dekat Pahlawan Kalbar Yang Terlibat Langsung Perjuangan 10 November

Menurut Syafaruddin Usman yang juga adalah asisten Ya' Syarif Umar dari tahun 1988 hingga meninggal 1994, almarhum pernah berpesan.

muda.kompas.id
Ilustrasi. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Satu diantara sejarahwan dan akademisi Kalbar, Syafaruddin Usman membeberkan ternyata ada putra daerah Kalbar yang ikut berjuang saat peristiwa 10 November di Surabaya.

"Satu-satunya putra Kalbar yang terlibat dalam peristiwa Hotel Yamato, pada 29 September 1945 merah putih biru di Hotel Yamato, namanya adalah Ya' Syarif Umar," ungkapnya, Kamis (09/11/2017) saat ditemui disalah satu hotel Pontianak.

Menurutnya, dalam peristiwa heroik 10 November terjadi pertempuran antara Badan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) yang dipimpin Bung Tomo dan Sumarsono.

(Baca: Wajib Tau! Kisah Heroik dan Kelam Perjuangan Pahlawan Kalbar Mempertahankan NKRI )

(Baca: Mengulas Sejarah Perjuangan Pahlawan Di Kalbar Yang Terlupakan )

Ya' Syarif Umar tampil terdepan bertempur dalam pertempuran itu, dibawah pimpinan Bung Tomo.

Lalu tahun 1945-1947 Ya' Syarif Umar ikut perang gerilya, dan satu-satunya Putra Kalbar saat itu.

Setelah itu, barulah ada putra Kalbar lainnya bersama Pak Cilek Liwut mengadakan sumpah setia masyarakat Dayak.

(Baca: Peringati Hari Pahlawan, Dandim 1201/Mph Punya Cara Unik, Ini Yang Dilakukannya )

"Karena dulu masyarakat Kalbar bukan Dayak dan Melayu, namun menyebutnya adalah orang Borneo, di Jogjakarta orang Borneo menggoreskan darahnya ditangan dan menyatakan sumpah setia dipimpin Cilek Liwut," katanya.

Putra Kalbar yang ikut adalah Ya' Syarif Umar, namun memang ada putra daerah lainnya tapi tewas dibom seperti Ya' Muhammad Amin, Ya' Kaypotot, kapal yang ditumpangi mereka terkena bom ketika akan bertempur di Surabaya.

Serta ada lagi satu yang gugur saat bertempur namanya Ya' Murasaikyan, atau Imran asal Landak, Kalbar.

Menurut Syafaruddin Usman yang juga adalah asisten Ya' Syarif Umar dari tahun 1988 hingga meninggal 1994, almarhum pernah berpesan.

"Sebagai anak muda jangan sekali-kali melupakan sejarah, apa yang kami ceritakan ini bagi kalian tidak ada artinya, tetapi suatu masa kalian akan perlu bahwa ini semua adalah semangat hidup karena setiap jaman mempunyai cara dan tantangan sendiri, oleh sebab itu, pesan Ya' Syarif Umar kepada saya, jangan sekali-kali melupakan sejarah," ungkapnya.

Dikatakannya, Ya' Syarif Umar adalah pendiri asrama KPMKB di Jogja, yang adalah rumah pribadinya disumbangkan untuk kemajuan Kalbar.

Dan satu diantara dosen FISIP Untan yang meninggal dunia belum lama ini, Wijaya Kusuma merupakan anak ke-7 dari 11 bersaudara Ya' Syarif Usman.

Lanjutnya, semua anak almarhum mengabdi pada negara, bahkan menjadi Kowat bintang satu dan Atase Kebudayaan Di Jepang.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved