DBD Serang Balita di Tayan Hulu, Komisi D DPRD Sanggau Dorong Pemkab Lakukan Ini

Padahal inikan sudah ada tanda-tandanya. Kita minta Pemkab konsisten untuk melakukan sosialisasi

Penulis: Hendri Chornelius | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / HENDRI CHORNELIUS
Ketua Komisi D DPRD Sanggau, Robby Sugianto 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Hendri Chornelius

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - Ketua Komisi D DPRD Sanggau, Robby Sugianto menyampaikan, penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Tayan Hulu mulai terjadi, bahkan terjadi tujuh kasus DBD di kecamatan tersebut selama Oktober 2017.

“Umumnya menyerang balita dan anak-anak. terjadi kenaikan kasus DBD, dimana penderitanya kebanyakan anak-anak, dari usia 4 bulan sampai 9 tahun. Kemarin saya ketemu dengan satu pasien yang dirawat di RSUD M Th Djaman Sanggau, memang betul akhir-akhir ini terjadi peningkatan. Meski tidak ada yang meninggal,” katanya, Senin (30/10).

Politisi Partai Gerindra itu mengaku sempat bertanya kepada pihak kecamatan adan Puskesmas setempat terkait langkah-langkah pencegahan yang dilakukan.

“Memang mereka sudah melakukan sosialisasi terkait 3M. Kemudian mereka juga melakukan abatesasi. Mereka berharap Dinkes melakukan fogging,” jelasnya.

Untuk itu, Robby meminta Dinkes Sanggau untuk lebih proaktif dalam menanggani persoalan ini. Jangan sampai ketika menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) baru sibuk.

“Padahal inikan sudah ada tanda-tandanya. Kita minta Pemkab konsisten untuk melakukan sosialisasi. Jangan hanya pada saat ada laporan, baru kita berbenah. Ini harus dilakukan secara konsisten untuk pencegahan,” tegasnya.

(Baca: Norsan Minta Pemuda Millenial Harus Teladani Keberanian Pemuda Masa Lalu )

Selain itu, lanjutnya, masyarakat juga diminta menjaga kebersihan lingkungan. Mengingat DBD merupakan penyakit yang faktornya lebih banyak berasal dari lingkungan.

Menanggapi itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan kabupaten Sanggau, Sarimin mengatakan, DBD erat kaitannya dengan berbagai faktor, diantaranya lingkungan yang kondusif untuk terjadinya perindukan nyamuk Aedes, kesadaran masyarakat yang masih kurang tentang pentingnya memberatas sarang nyamuk, dan meningkatnya mobilitas penduduk.

“Jumlah kasus-kasus DBD sampai Oktober 2017 di Kabupaten Sanggau sebanyak 168 kasus dan empat di antaranya meninggal,” ujarnya.

Sarimin menegaskan, peran masyarakat juga diperlukan dalam mengendalikan kasus tersebut. Dinkes sudah membuat program Laskar Berlian (bersih lingkungan anti nyamuk) anak sekolah untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus yang perlu terus dilakukan secara berkelanjutan.

(Baca: Cerita Para Penderita Serangan Scabies Bikin Merinding, Seperti Ini Kondisi Kulitnya )

“Pertama, menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain, ” jelasnya.

Kedua, menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, ember, dan lain sebagainya. Ketiga, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular demam berdarah.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved