Rommy Rafael Jelaskan Manfaat Hipnotis saat Berkunjung ke Tribun Pontianak

Master hipnotis, Rommy Rafael mengungkapkan masih banyak orang yang keliru memandang hipnotis sebagai sebuah sulap.

Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/CLAUDIA LIBERANI
Rommy Rafael saat berkunjung ke Kantor Tribun Pontianak, Rabu (25/10/2017) 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Claudia Liberani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Master hipnotis, Rommy Rafael mengungkapkan masih banyak orang yang keliru memandang hipnotis sebagai sebuah sulap.

Menurutnya paradigma masyarakat terhadap hipnotis sangat keliru. Terlebih sejak sebuah televisi swasta menanyangkan acara hipnotis yang digunakan untuk mengungkapkan rahasia orang lain, dia mengatakan aksi-aksi hipnotis seperti itu membuat anggapan masyarakat terhadap hipnotis menjadi negatif.

"Hipnotis itu bukan sulap ya, saya ingin tegaskan itu. Saat ini masyarakat sering menganggap hipnotis sebuah sulap, padahal bukan. Hipnotis adalah kemampuan mengendalikan pikiran dan tidak bisa digunakan untuk mengungkapkan rahasia orang, seperti yang sering disajikan televisi, hipnotis tidak bekerja dengan cara seperti itu," ungkapnya saat berkunjung ke Kantor Tribun Pontianak, Rabu (25/10/2017).

(Baca: Ngeri! Gay Predator Penular HIV di Pontianak Mengaku Sudah Kencani 100 Pria )

Rommy menjelaskan hipnotis memiliki manfaat yang baik untuk psikologis, karena dengan terapi hipnotis seseorang bisa mengembalikan lagi semangat hidupnya atau mendapatkan goals yang dia inginkan.

Hipnotis juga tidak bisa digunakan sembarangan, seperti jurnalis, ada kode etik yang harus ditaati ketika melakukan hipnotis.

"Hipnotis tidak bisa dilakukan untuk hal-hal negatif, tidak bisa digunakan untuk mengungkapkan rahasia seperti yang masyarakat pikirkan, kalau benar bisa digunakan untuk mengingkapkn rahasia, kenapa nggak sekalian bantu KPK ungkap kasus korupsi," imbuhnya.

Dia mengaku prihatin dengan kesalahpahaman masyarakat tentang hipnotis, bidang yang telah dipelajarinya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas ini mendapat stigma negatif dari masyarakat sejak ramainya acara hipnotis yang dinilainya hanya mementingkan ratting penonton.

"Untuk mengubah kekeliruan ini, saya mulai dari media. Saya harus ungkapkan pada teman-teman media bahwa hipnotis ini berbeda dengan sulap, ini yang harus dipahami," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved