Sampah Plastik dan Kelestarian Penyu
Ada banyak kasus kematian penyu, yang penyebabnya tidak diketahui. Tapi setelah dilakukan nekropsi, di dalam tubuhnya terdapat kantong plastik...
Penulis: Nasaruddin | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Nasaruddin
TRIBUN PONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Sampah plastik sudah menjelma menjadi bom waktu bagi kehidupan.
Tak hanya di daratan, banyaknya sampah plastik juga menjadi persoalan di lautan.
Begitu juga yang terjadi di pantai peneluran penyu, di Paloh Kabupaten Sambas.
Pada musim tertentu, gelombang laut akan membawa sampai dari luar ke kawasan pantai Paloh.
Bukan hanya luar Paloh.
Tapi juga sampah dari luar negeri.
"Memang ada banyak sekali botol plastik yang dikumpulkan, dan di labelnya itu sampah dari luar negeri. Sampah dari US juga ada di situ. Sampah itu agak susah karena dia pantai terbuka," kata West Kalimantan Program Manager WWF, Albertus Tjiu.
(Baca: Pantai Gersang Ancam Kelestarian Penyu )
Sampah plastik, membuat banyak penyu yang mati.
Bentuknya yang seperti ubur-ubur ketika terisi air membuat penyu memakannya.
"Satu di antara makanan penyu itu adalah ubur-ubur. Jadi plastik itu terutama keresek bening, yang transparan ketika dia diisi air laut, dia itu seperti ubur-ubur. Penyu yang tidak tahu menahu apa itu, ya dimakannya," jelas Albert.
Ada banyak kasus kematian penyu, yang penyebabnya tidak diketahui.
Tapi setelah dilakukan nekropsi, di dalam tubuhnya terdapat kantong plastik. Banyak sekali.
"Jadi mereka makan semua plastik itu yang kemudian tak bisa dicerna, kemudian menyumbat saluran pencernaan mereka. Akibatnya makanan masuk tak bisa dicerna kemudian mengakibatkan mereka mati,"ujarnya.
Ia mengatakan terkait hal itu sudah ada penelitian terkait penyu penyu yang mati, karena mereka mengkonsumsi plastik di laut.
"Itu (plastik) sangat berbahaya bagi biota yang mengkonsumsi jenis-jenis seperti ubur ubur karena mereka tertipu," katanya.