Batal Nikah, Wanita Minta “Biaya Pelukan” dari Uang Lamaran di China 2025

Menurut analisis budaya, caili sering digunakan sebagai ukuran status sosial dan demand yang berlebihan dapat memperberat beban calon suami ataupun keluarga pria. 

Konflik ketika pertunangan dibatalkan

Salah satu sisi gelap praktik uang lamaran muncul ketika pertunangan atau rencana pernikahan dibatalkan. 

Perselisihan muncul lantaran satu pihak menolak untuk mengembalikan uang lamaran secara penuh, atau memberi alasan berbeda-beda terkait pemotongan sebagian misalnya biaya perjalanan, pengeluaran selama pacaran, atau  seperti kasus ini “biaya pelukan”.

Menanggapi meningkatnya sengketa semacam ini, Mahkamah Agung China telah mengeluarkan interpretasi hukum dan pedoman terkait kapan dan bagaimana uang lamaran harus dikembalikan. 

Mengurai Kasus “Biaya Pelukan” di Henan

Kronologi peristiwa

Pasangan ini diperkenalkan melalui mak comblang (matchmaker) bernama Wan.

Uang lamaran sebesar 200.000 yuan disepakati dan diterima oleh pihak wanita.

Pernikahan direncanakan untuk musim gugur (November), dengan foto pra-nikah telah dilakukan dan gedung telah dipesan.

Beberapa minggu sebelum acara, wanita tersebut membatalkan pernikahan dengan alasan ia “tidak ingin menikah” lagi, dan menilai karakter pria terlalu jujur dan berpenghasilan rendah.

Ia kemudian bersedia mengembalikan uang lamaran, tetapi dengan potongan 30.000 yuan sebagai “biaya pelukan,” yang menurutnya terkait dengan kontak fisik (pelukan) saat sesi foto pra-nikah atas permintaan fotografer.

Setelah perundingan keluarga dan mediasi, disepakati wanita mengembalikan 170.500 yuan kepada pihak pria.

Reaksi publik dan kontroversi

Kejadian ini langsung viral di media sosial di China, dengan lebih dari 23 juta tampilan dalam platform daring.