Berita Viral

NASIB Nenek 95 Tahun Dirantai Anak di Pohon, Benarkah Tak Manusiawi?

Kasus nenek 95 tahun dirantai anaknya di Palu ternyata bukan penyiksaan. Simak fakta sebenarnya dan pelajaran penting tentang cara merawat lansia.

YouTube Banjarmasin Post News Video
NENEK DIRANTAI ANAK - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Banjarmasin Post News Video, Sabtu 4 Oktober 2025, memperlihatkan kasus nenek 95 tahun dirantai anaknya di Palu ternyata bukan penyiksaan. Simak fakta sebenarnya dan pelajaran penting tentang cara merawat lansia dengan demensia. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kasus nenek dirantai anak yang viral di media sosial belakangan ini membuat publik heboh dan menuai berbagai reaksi emosional. 

Dalam video berdurasi pendek yang beredar luas di platform X dan TikTok, terlihat seorang nenek berusia 95 tahun dirantai di sebuah pohon di halaman rumahnya. 

Banyak warganet mengecam tindakan itu sebagai bentuk penyiksaan, bahkan menyebut keluarganya tidak manusiawi. 

Namun, fakta di lapangan ternyata jauh berbeda.

Peristiwa tersebut terjadi di Jalan Tolambu, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah. 

Polisi yang menyelidiki kasus ini memastikan bahwa tindakan keluarga memasang rantai di kaki nenek bukanlah bentuk kekerasan, melainkan upaya menjaga keselamatan lansia yang menderita demensia berat.

Kapolsek Palu Barat, Iptu Makmur Johan, menegaskan bahwa keluarga sebenarnya berupaya melindungi sang nenek agar tidak tersesat. 

“Nenek berinisial S (95) memang mengalami demensia sejak lama. Rantai itu bukan untuk menyiksa, tapi mencegah beliau pergi terlalu jauh dan hilang,” ujarnya, Rabu 1 Oktober 2025.

Rantai sepanjang 20 meter itu dipasang agar nenek S tetap bisa bergerak bebas di sekitar halaman rumah tanpa risiko tersesat.

Sebelumnya, S diketahui pernah hilang selama seminggu penuh karena berjalan tanpa arah dari rumah. 

Setelah video viral, polisi memastikan rantai telah dilepas dan sang nenek kini dalam kondisi sehat serta diawasi oleh keluarganya.

Kisah ini bukan hanya menyentuh hati, tapi juga membuka mata banyak orang tentang tantangan merawat orang tua dengan demensia, terutama di keluarga dengan keterbatasan ekonomi dan pemahaman medis.

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Ketika Cinta Salah Diterjemahkan: Tantangan Merawat Orang Tua dengan Demensia

Bagi banyak keluarga di Indonesia, merawat orang tua adalah bentuk bakti tertinggi. 

Namun, ketika orang tua mengalami pikun atau demensia, cinta itu kerap diuji dengan cara yang tidak mudah.

Demensia bukan sekadar lupa. 

Kondisi ini menyebabkan penurunan fungsi otak yang memengaruhi ingatan, kemampuan berpikir, bahkan perilaku. 

Menurut dr. Czeresna Heriawan Soedjono, SpPD-K.Ger, spesialis geriatri, orang dengan demensia sering kali menyampaikan keinginan yang tidak masuk akal seperti ingin “pulang”, padahal ia sudah berada di rumah sendiri.

“Jika orangtua yang demensia meminta sesuatu yang tidak masuk akal, jangan dibantah,” ujar dr. Czeresna. 

Membantah justru dapat memancing emosi dan memperburuk kondisi psikologis penderita.

Bagaimana Merespons Permintaan ‘Aneh’ dari Orang dengan Demensia

Alih-alih menolak, keluarga sebaiknya mengalihkan perhatian dengan lembut. 

Misalnya, saat orang tua meminta pulang, kita bisa menanggapinya dengan kalimat yang menenangkan:

“Oh iya, Eyang mau pulang ya. Yuk, sambil nunggu taksinya kita minum teh dulu di dapur.”

Pendekatan seperti ini membuat lansia merasa dihargai, tanpa menimbulkan konflik. 

Di sisi lain, perhatian mereka bisa dialihkan ke aktivitas lain sehingga melupakan permintaan awalnya.

Fakta Medis: Apakah Demensia Berbahaya bagi Lansia?

Meski demensia tidak langsung menyebabkan kematian mendadak atau kegawatdaruratan medis, kondisi ini bisa menimbulkan bahaya tidak langsung.

Menurut dr. Czeresna, risiko muncul karena penderita sering tidak sadar terhadap kebersihan diri, makan tidak teratur, bahkan lupa minum obat. 

Akibatnya, mereka rentan terkena infeksi, dehidrasi, atau tersedak saat makan.

“Penderita demensia bisa saja tidak mau mandi, makan, atau minum obat, sehingga mudah terinfeksi dan jatuh sakit,” ujarnya. 

Kondisi seperti tersedak makanan atau minuman pun bisa menyebabkan infeksi paru dan sesak napas yang berbahaya.

Oleh karena itu, pendampingan dari keluarga sangat penting. 

Tidak hanya sekadar menemani, tapi juga memastikan nutrisi, kebersihan, dan keamanan lansia selalu terjaga.

Pelajaran dari Kasus Nenek S: Antara Kasih, Keterbatasan, dan Ketidaktahuan

Kasus nenek S di Palu menjadi contoh nyata bagaimana kesalahpahaman publik dapat muncul karena konteks yang hilang. 

Warganet yang hanya melihat potongan video cenderung menilai dari tampilan luar tanpa memahami latar belakang dan kondisi sebenarnya.

Keluarga S bukan tidak peduli, mereka hanya tidak tahu alternatif lain untuk menjaga sang nenek agar tidak tersesat. 

Dengan keterbatasan fasilitas dan pengetahuan, tindakan memasang rantai mungkin tampak logis bagi mereka.

Namun, peristiwa ini juga menjadi pengingat penting bagi masyarakat dan pemerintah tentang perlunya edukasi dan dukungan bagi keluarga yang merawat lansia dengan gangguan mental seperti demensia.

Solusi dan Rekomendasi: Dukungan yang Diperlukan

  1. Edukasi Keluarga:
    Keluarga perlu dibekali pengetahuan tentang gejala, penanganan, dan komunikasi dengan penderita demensia.
  2. Pelatihan Perawatan Lansia:
    Pemerintah daerah bisa menyediakan pelatihan dasar bagi masyarakat tentang cara merawat lansia secara aman dan manusiawi.
  3. Fasilitas Ramah Lansia:
    Pusat kesehatan atau posyandu lansia diharapkan lebih aktif dalam pemantauan penderita demensia di lingkungan sekitar.
  4. Kampanye Literasi Digital:
    Agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh video viral tanpa memahami konteks.

Bijak Bermedia Sosial: Belajar dari Kasus Viral Nenek Dirantai Anak

Kasus nenek dirantai anak di Palu menjadi refleksi penting tentang bagaimana dunia digital dapat dengan cepat membentuk opini publik. 

Dalam hitungan jam, video itu menyebar, dan ribuan komentar muncul, sebagian besar berisi hujatan.

Padahal, setelah polisi memberikan klarifikasi, jelas bahwa tindakan keluarga bukanlah kekerasan, melainkan upaya perlindungan yang salah arah namun penuh niat baik.

Kita perlu belajar untuk tidak buru-buru menghakimi dan memastikan informasi yang kita sebarkan telah diverifikasi. 

Media sosial seharusnya menjadi alat empati, bukan sarana memperkeruh keadaan.

Cinta Tak Selalu Indah, Tapi Selalu Butuh Pemahaman

Kisah nenek S bukan sekadar berita viral. 

Ia adalah cermin realitas sosial tentang cinta dalam keterbatasan, tentang anak dan cucu yang berusaha melindungi dengan caranya sendiri, meski tampak salah di mata orang lain.

Namun, kisah ini juga mengingatkan kita akan pentingnya edukasi publik tentang demensia. 

Bahwa cinta saja tidak cukup; dibutuhkan pengetahuan, kesabaran, dan dukungan sosial untuk benar-benar merawat dengan hati.

Sebab, di balik rantai yang terlihat kejam, sesungguhnya ada ketakutan dan kasih yang tidak selalu mampu diungkapkan dengan cara yang benar.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Alasan Nenek 95 Tahun Dirantai Anak dan Cucu di Pohon, Polisi Sebut Bukan Penyiksaan

* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved