Berita Viral

7 Fakta Santri Tewas Tertimpa Runtuhan Gedung Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 2025

Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 2025: 7 fakta santri tewas tertimpa gedung ambruk. Simak kronologi, evakuasi, dan pelajaran keselamatan di sini.

YouTube Tribunnews
GEDUNG PONPES RUNTUH - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Tribunnews, Selasa 30 September 2025, memperlihatkan tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 2025. Simak 7 fakta santri tewas tertimpa gedung ambruk mulai dari kronologi, evakuasi, dan pelajaran keselamatan di sini. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Tragedi memilukan menimpa Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin 29 September 2025 sore. 

Sebuah bangunan tiga lantai yang tengah dalam tahap pembangunan tiba-tiba ambruk setelah salat Ashar. 

Dalam insiden ini, seorang santri berusia 13 tahun tewas tertimpa reruntuhan gedung Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, sementara puluhan lainnya luka-luka.

Setidaknya 87 korban berhasil dievakuasi, terdiri dari santri, pengurus, dan pekerja bangunan. 

Suasana panik menyelimuti lokasi ketika suara jeritan minta tolong terdengar dari balik beton yang runtuh.

Musibah ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga menjadi pelajaran penting tentang keselamatan bangunan, tata kelola pesantren, serta kesiapsiagaan menghadapi bencana. 

Berikut tujuh fakta terkait tragedi runtuhnya gedung Ponpes Al Khoziny Sidoarjo.

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

1. Korban Jiwa: Santri 13 Tahun Jadi Korban Tewas

Salah satu korban meninggal dunia adalah Ahmad Maulana Alfian Ibrahim, santri berusia 13 tahun asal Surabaya. 

Ia ditemukan tak bernyawa di balik puing-puing setelah proses evakuasi panjang.

Sementara itu, 86 orang lainnya mengalami luka ringan hingga berat dan dirawat di beberapa rumah sakit rujukan.

Diantaranya RSUD Sidoarjo, RSI Siti Hajar, serta RS Delta Surya.

Detail Evakuasi Korban

  1. 38 orang dirawat di RSUD Sidoarjo.
  2. 45 orang, termasuk korban meninggal, dirawat di RSI Siti Hajar.
  3. 4 orang mendapat perawatan di RS Delta Surya.

Wakil Direktur RSI Siti Hajar, dr. Andiani, menjelaskan bahwa penanganan dilakukan sesuai tingkat keparahan.

“Pasien zona hijau diperbolehkan pulang, sementara yang masuk zona merah dan kuning mendapat perawatan intensif. Satu pasien masuk kategori zona hitam atau meninggal dunia,” katanya.

2. Kronologi Ambruknya Gedung Ponpes

Bangunan yang ambruk adalah musala tiga lantai yang masih dalam tahap pembangunan. 

Menurut pengasuh Ponpes, KH R Abdus Salam Mujib, pagi hari sebelum kejadian dilakukan pengecoran di lantai atas.

“Masih pengerjaan. Ini sedang pengerjaan lantai terakhir. Pagi tadi dilakukan pengecoran di lantai atas,” ujarnya.

Saat waktu salat Ashar, sejumlah santri tengah berjamaah di lantai dasar. 

Tiba-tiba bangunan berguncang, kemudian bagian atas roboh menimpa mereka. 

Beberapa santri selamat karena berada di luar bangunan untuk kegiatan sekolah atau beristirahat.

Kesaksian Santri

Wahid, santri kelas 7 MTs Al Khoziny, menuturkan kejadian saat salat.

“Kejadiannya pas rakaat kedua. Bagian ujung bangunan ambruk dulu, terus semuanya ikut roboh. Kami panik, berhamburan keluar. Suaranya keras sekali, seperti gempa,” ceritanya.

3. Upaya Evakuasi Penuh Risiko

Proses evakuasi berlangsung dramatis. 

Petugas Basarnas, BPBD, TNI, Polri, hingga relawan bekerja tanpa henti. 

Dari reruntuhan terdengar tangisan dan teriakan minta tolong, membuat tim SAR bekerja ekstra hati-hati.

Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit, mengatakan banyak suara tangisan.

“Banyak suara tangisan dari dalam reruntuhan. Itu tanda masih ada korban hidup. Kami berusaha agar mereka bisa keluar dalam keadaan selamat,” ungkapnya.

Alat berat sempat disiagakan, namun penggunaannya ditunda karena dikhawatirkan getaran justru memperparah keruntuhan. 

Evakuasi dilakukan manual terlebih dahulu untuk meminimalisir risiko.

4. Respons Cepat Aparat dan Pemerintah

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast, menegaskan fokus utama adalah menyelamatkan nyawa.

“Kami tetap fokus pada evakuasi. Kemanusiaan menjadi prioritas,” ujarnya.

Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jatim juga mendirikan posko Disaster Victim Identification (DVI) untuk mengantisipasi identifikasi korban.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, bahkan mempercepat kepulangannya dari Palembang untuk meninjau lokasi.

“Kita semua berduka. Tim gabungan sudah bekerja maksimal. Mari doakan agar korban yang masih tertimbun segera ditemukan,” kata Khofifah.

5. Pondok Pesantren Hentikan Kegiatan Sementara

Sebagai bentuk kehati-hatian, pihak pesantren menghentikan sementara seluruh kegiatan santri. 

KH R Abdus Salam Mujib menyebut tragedi ini sebagai takdir Tuhan.

“Kami minta semua wali santri bersabar. Semoga Allah memberi ganti yang lebih baik dan pahala yang besar,” ucapnya.

Langkah penghentian kegiatan menjadi wujud tanggung jawab untuk memastikan keamanan para santri sebelum aktivitas kembali normal.

6. Bangunan Masih Setengah Jadi

Fakta lain yang mengejutkan, bangunan yang roboh ternyata masih setengah jadi.

Struktur belum sepenuhnya kokoh, namun sudah dipakai untuk aktivitas.

Ketua RT setempat, Munir, menuturkan mereka baru saja melakukan cor.

“Kemarin izin ngecor bagian atas. Itu musala tiga lantai, tapi bangunannya belum sempurna. Baru dicor siang hari,” tuturnya.

Hal ini memunculkan pertanyaan soal standar keamanan konstruksi, kelayakan bangunan, serta pengawasan teknis pembangunan fasilitas pesantren.

7. Pelajaran Berharga: Pentingnya Keselamatan Bangunan Pesantren

Tragedi runtuhnya gedung Ponpes Al Khoziny Sidoarjo menjadi alarm penting bagi dunia pendidikan berbasis asrama. 

Banyak pondok pesantren di Indonesia tengah melakukan pembangunan atau renovasi gedung dengan dana swadaya. 

Sayangnya, tak semua memenuhi standar konstruksi yang aman.

Edukasi dan Kesadaran

Perencanaan Teknis: Bangunan pendidikan harus mengikuti standar teknis dan diawasi tenaga ahli.

Audit Bangunan Berkala: Pemerintah daerah bisa memfasilitasi audit sederhana untuk memastikan keamanan gedung pesantren.

Pelatihan Kesiapsiagaan: Santri dan pengurus perlu dibekali simulasi evakuasi darurat.

Pendampingan Pembangunan: Lembaga pesantren bisa menggandeng organisasi profesi teknik sipil atau arsitektur untuk memastikan kualitas bangunan.

Tragedi ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak boleh dikompromikan demi percepatan pembangunan. Nyawa para santri harus menjadi prioritas utama.

Refleksi dari Tragedi

Di balik duka mendalam atas wafatnya Ahmad Maulana, terselip pesan kemanusiaan dan tanggung jawab bersama. 

Keselamatan bangunan pendidikan, khususnya pondok pesantren, adalah isu yang tak boleh lagi dianggap sepele.

Momen ini menjadi pengingat bahwa pembangunan fasilitas keagamaan tidak hanya soal niat baik, tetapi juga soal standar teknis, tata kelola, dan keselamatan. 

Bagi keluarga korban, kehilangan ini tentu tak tergantikan. Namun bagi masyarakat luas, tragedi ini semoga menjadi pelajaran agar hal serupa tidak terulang kembali.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul topik Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk

* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved