Berita Viral
7 Fakta Siswa TK Lukai Alat Vital Teman dengan Gunting di Sekolah 2025
7 fakta balita melukai alat vital temannya dengan gunting di Solo 2025. Baca detail insiden, pemulihan korban, serta edukasi bagi orang tua & sekolah.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Insiden mengejutkan terjadi di TK Aisyiyah 10 Sangkrah, Solo.
Seorang balita melukai alat vital temannya dengan gunting saat kegiatan prakarya, Kamis 11 September 2025.
Peristiwa ini terjadi tanpa unsur kesengajaan, namun berdampak serius bagi korban yang harus menjalani tindakan medis berupa sunat darurat.
Meski kini kondisi fisiknya berangsur pulih, kasus ini membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya pengawasan, edukasi, dan pendampingan anak usia dini saat beraktivitas di sekolah.
Peristiwa balita melukai alat vital temannya dengan gunting bukan hanya mengundang keprihatinan, tapi juga menjadi pembelajaran bersama tentang keamanan di lingkungan pendidikan anak usia dini.
Bagaimana insiden ini bisa terjadi?
Apa langkah pemulihan bagi korban, dan pelajaran apa yang bisa dipetik orang tua serta sekolah?
Berikut 7 fakta lengkapnya.
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
1. Insiden Bermula dari Kegiatan Prakarya
Kejadian ini berlangsung saat anak-anak TK Aisyiyah 10 Sangkrah mengikuti kegiatan prakarya.
Menurut keterangan Kepala Dinas Pendidikan Kota Solo, Dwi Ariyatno, awalnya suasana kelas berjalan normal dengan guru mendampingi anak-anak yang sedang memotong dan menempel kertas.
Namun, entah bagaimana, di luar pengawasan guru, beberapa anak mengambil gunting yang sebelumnya sudah digunakan.
Mereka kemudian bermain seolah-olah sedang melakukan khitan.
Tanpa pemahaman risiko, salah satu anak tanpa sengaja melukai temannya di bagian alat vital.
2. Korban Harus Jalani Sunat Darurat
Akibat luka yang cukup serius, korban langsung mendapatkan penanganan medis.
Tim dokter memutuskan melakukan tindakan sunat sebagai bagian dari prosedur penyelamatan dan pemulihan luka.
“Kondisinya anaknya sudah sehat secara fisik. Informasi dari rumah sakit, sekalian dilakukan sunat,” ujar Dwi Ariyatno, Senin 15 September 2025.
Meski disebut parah, dokter memastikan fungsi organ vital korban masih bisa diselamatkan.
3. Pemulihan Fisik dan Psikologis
Setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit, korban sudah diperbolehkan pulang.
Namun proses pemulihan tidak berhenti di sana.
Selain pemulihan fisik, pendampingan psikologis menjadi perhatian utama.
Pendampingan dilakukan oleh Pelayanan Terpadu Perempuan Anak Surakarta (PTPAS) dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta DP3AP2KB Kota Solo.
“Korban ini perlu didampingi karena posisinya rentan terkait trauma, terutama rasa sakit yang luar biasa itu,” jelas Dwi.
4. Diselesaikan secara Kekeluargaan
Insiden ini sempat mencuat di media sosial setelah orang tua korban melapor melalui akun Instagram Wakil Wali Kota Solo, Astrid Widayani.
Namun kemudian, pihak sekolah memfasilitasi pertemuan antara keluarga korban dan pelaku.
Keduanya sepakat menyelesaikan peristiwa ini secara kekeluargaan, dengan didampingi pihak Dinas Pendidikan.
“Yang perlu dipahamkan adalah tanggung jawab orang tua pelaku untuk memberi pemahaman agar tidak terulang. Karena apa yang dilakukan anak, tentu menjadi tanggung jawab orang tua,” tambah Dwi.
5. Faktor Usia dan Pemahaman Anak
Dwi Ariyatno menekankan bahwa peristiwa ini tidak mengandung unsur kesengajaan atau kekerasan.
Menurutnya, usia balita memang belum memahami fungsi alat seperti gunting maupun risiko dari tindakan mereka.
“Ini teman sekelas. Tidak dalam bentuk kekerasan. Kemungkinan mereka mendapat informasi tentang praktik khitan. Itu sebabnya diarahkan ke alat kelamin, menggunakan gunting seakan-akan praktik khitan. Padahal anak seusia itu belum waktunya mengenal hal seperti ini,” terang Dwi.
6. Evaluasi untuk Sekolah dan Guru
Insiden ini menjadi alarm bagi sekolah dalam hal keamanan.
Dwi menyebut pihaknya akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap TK Aisyiyah 10 Sangkrah.
Fokus utamanya adalah pengawasan dan penyimpanan alat berbahaya.
“Guru harus lebih cermat memastikan tempat penyimpanan benar-benar tidak bisa diakses anak-anak. Evaluasi dilakukan pra, saat, dan pasca pembelajaran. Terutama penggunaan peralatan yang berpotensi membahayakan,” tegas Dwi.
7. Pelajaran Penting untuk Orang Tua dan Sekolah
Kejadian balita melukai alat vital temannya dengan gunting ini membawa pesan kuat: anak-anak membutuhkan pengawasan ketat, pemahaman sederhana tentang bahaya, serta lingkungan belajar yang aman.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Orang tua perlu memberikan edukasi sejak dini tentang fungsi alat rumah tangga atau sekolah, seperti gunting, pisau, hingga benda tajam lainnya.
Sekolah wajib memperketat pengawasan dan memastikan peralatan berisiko disimpan di tempat yang tidak bisa dijangkau anak.
Pendampingan psikologis penting dilakukan, baik bagi korban maupun pelaku, karena kejadian ini bisa meninggalkan trauma mendalam.
Kerja sama keluarga dan sekolah menjadi kunci agar insiden serupa tidak terulang.
“Konsep orang tua punya tanggung jawab besar. Mereka harus memberi pemahaman bahwa tindakan berisiko tidak boleh dilakukan, meski hanya main-main,” pungkas Dwi.
Edukasi: Mengajarkan Anak tentang Keamanan Sejak Dini
Selain fakta-fakta di atas, insiden ini menegaskan pentingnya edukasi preventif.
Anak usia dini memang berada pada fase eksplorasi, penuh rasa ingin tahu, dan mudah meniru apa yang mereka dengar atau lihat.
Oleh karena itu, orang tua dan guru bisa menerapkan beberapa langkah edukatif:
1. Kenalkan Fungsi Alat Sehari-hari
Gunakan bahasa sederhana untuk menjelaskan fungsi gunting, pisau, atau benda tajam lain.
Tekankan bahwa benda tersebut hanya boleh digunakan dengan bantuan orang dewasa.
2. Ajarkan Aturan Dasar Keselamatan
Tanamkan aturan konsisten, misalnya “gunting hanya untuk kertas” atau “tidak boleh diarahkan ke tubuh”.
3. Beri Contoh Langsung
Anak belajar paling cepat lewat teladan. Saat menggunakan alat, tunjukkan cara yang benar.
4. Gunakan Simulasi Bermain Edukatif
Alihkan keingintahuan anak dengan permainan peran yang aman, misalnya dokter-dokteran dengan alat mainan plastik.
5. Awasi dan Dampingi Setiap Aktivitas
Tidak cukup memberi aturan, anak tetap perlu pengawasan langsung, terutama saat menggunakan peralatan sekolah.
Kasus balita melukai alat vital temannya dengan gunting di Solo memang tragis, namun juga menjadi pengingat kuat bahwa keselamatan anak harus menjadi prioritas utama.
Dari sekolah hingga rumah, setiap orang dewasa memiliki peran penting dalam memastikan lingkungan tumbuh kembang anak benar-benar aman.
Dengan pendampingan yang tepat, korban insiden ini diharapkan bisa pulih sepenuhnya, baik fisik maupun mental.
Sementara itu, evaluasi dan edukasi menjadi bekal penting agar kejadian serupa tidak lagi terulang di masa depan.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan topik Balita Lukai Alat Vital Teman
* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
balita melukai alat vital temannya dengan gunting
insiden TK Aisyiyah 10 Sangkrah
kasus anak di Solo
pengawasan sekolah PAUD
edukasi anak usia dini
keamanan alat prakarya
kejadian sunat darurat
pendampingan psikologis anak
peran orang tua dan guru
Kebijakan Menkeu Purbaya Guyur Rp 200 triliun ke Bank BUMN Disorot, Ini Potensi Sisi Buruknya |
![]() |
---|
GADUH Plintat Plintut KPU Batalkan Keputusan No 731 Tahun 2025 Tentang Pembatasan Dokumen Capres |
![]() |
---|
Nasib SPBU Shell di Tengah Fenomena Kelangkaan Pasokan Bensin di Indonesia |
![]() |
---|
Mudah! Cara Cek Kecepatan Koneksi Internet Jaringan di HP Lewat Google Search |
![]() |
---|
Kalcer Adalah? Bahasa Gaul Terbaru yang Sering Muncul di Media Sosial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.