Pemerintah Akui Kesulitan Kendalikan Harga LPG di Tingkat Pengecer

Namun, kendali harga di tingkat pengecer hampir tidak mungkin dilakukan karena tidak ada regulasi yang secara khusus mengatur harga jual

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Agus Pujianto
Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop UKM) Kabupaten Sintang, Subendi. Ia menyebut tim pengawasan dari pemerintah daerah bersama pihak terkait sebenarnya telah rutin melakukan pemantauan ke tingkat agen dan pangkalan. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Pemerintah Kabupaten Sintang mengakui masih mengalami kesulitan dalam mengendalikan harga (LPG) 3 kilogram di tingkat pengecer.

Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop UKM) Kabupaten Sintang, Subendi, menyebut tim pengawasan dari pemerintah daerah bersama pihak terkait sebenarnya telah rutin melakukan pemantauan ke tingkat agen dan pangkalan.

Namun, kendali harga di tingkat pengecer hampir tidak mungkin dilakukan karena tidak ada regulasi yang secara khusus mengatur harga jual di level tersebut.

“Kita berkaitan dengan gas LPG ini, tim sudah mengontrol dan mengawasi ke pangkalan dan agen. Kalau di tingkat pengecer, kita sulit mengendalikan karena memang tidak ada regulasi di tingkat itu. Jadi, mekanismenya sudah pasar yang bekerja,” jelas Subendi.

LP3K Sintang Audiensi dengan Bupati, Siap Ikuti Pesparani I di Pontianak

Ia menambahkan, di tingkat pangkalan, harga gas LPG 3 kilogram masih relatif terkendali meskipun tidak sepenuhnya sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). 

Harga di pangkalan umumnya berada di kisaran Rp20.000–Rp21.000 per tabung, dan paling tinggi sekitar Rp25.000.

“Kalau di pangkalan masih bisa kita kontrol, walaupun tidak sama dengan HET, tapi masih dalam batas wajar. Namun begitu masuk ke pengecer, itu sudah sulit kita awasi,” ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Sintang bersama Pertamina juga telah melakukan evaluasi dan penambahan kuota LPG untuk mengantisipasi kelangkaan, terutama di wilayah pedalaman. 

Namun, Subendi mengakui tantangan distribusi dan jarak tempuh menjadi kendala tersendiri yang membuat harga di daerah terpencil cenderung lebih tinggi.

“Untuk daerah pedalaman, memang tantangan kita selain distribusi juga jumlah pangkalan yang masih perlu dievaluasi bersama Pertamina. Mudah-mudahan ke depan distribusi bisa lebih efektif,” harapnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved