Kisah Robi Penambang Sampan di Sungai Sambas, Bertahan demi Sepeser Rupiah
Pria itu bernama Robi (30). Kedua tangannya tampak perlahan mengayuh dayung. Jemarinya menggenggam kuat agar sampan dengan panjang 6 meter
Penulis: Imam Maksum | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Menjamurnya kendaraan bermotor untuk menunjang mobilitas masyarakat perlahan telah melupakan peran moda transportasi air, seperti perahu penyeberangan, Jumat 24 Oktober 2025.
Namun di tengah tantangan itu, perahu atau sampan masih bisa bertahan untuk menyusuri derasnya sungai membawa penumpang ke tempat tujuan.
Matahari baru saja merangkak naik di ufuk timur. Embun pagi perlahan terkikis menerawang langit biru di Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Di steher Desa Tumuk Manggis, Kecamatan Sambas, seorang pria bertopi hitam baru saja melepas tali ikatan perahunya. Dia bergegas mengambil pengayuh.
Pria itu bernama Robi (30). Kedua tangannya tampak perlahan mengayuh dayung. Jemarinya menggenggam kuat agar sampan dengan panjang 6 meter itu merengsek maju.
"Saya bernama Robi, saya aslinya pendatang, saya aslinya orang Sebawi," ujar Robi, ayah satu anak, sambil tersenyum tipis, Jumat 24 Oktober 2025.
• Sebanyak 15 Kantong Darah Diperlukan RSUD Sambas Per Hari
Robi hendak mengantar seorang warga yang ingin menyeberang melewati sungai Sambas Kecil menggunakan jasanya. Setiap hari Robi menjadi penambang sampan.
Robi menambang sampan dari pukul 6 pagi hingga menjelang siang. Pekerjaan itu sudah digeluti sekitar 8 bulan.
Robi punya pekerjaan lain sebagai penjual buah di kawasan Jalan Pendidikan Desa Tumuk Manggis. Setiap hari ia menjaga buah sekitar pukul tiga sore hingga pukul 9 malam.
Robi menetap tinggal di Desa Tumuk Manggis bersama seorang istri. Ia aslinya warga asal Kecamatan Sebawi.
"Saya dapat istri orang Desa Tumuk Manggis, sekarang sudah tinggal dan menetap di Tumuk Manggis," kata Robi.
Menjadi penambang sampan, kata Robi, sebagai profesi sampingan untuk mendapat penghasilan tambahan. Ia bisa mendapat 80 ribu Rupiah per hari.
"Saya sebenarnya mengambil kerja sambilan di sungai Sambas Kecil ini sebagai penambang sampan," ujarnya.
"Saya setiap hari kerja juga sebagai penjual buah di kawasan Jalan Pendidikan Tumuk Manggis, di samping rumah dinas Bupati Sambas," katanya.
Robi tertarik untuk mendapat penghasilan tambahan dari menambang sampan walaupun di tengah banyaknya orang-orang memiliki kendaraan pribadi.
Walaupun penumpang relatif menyusut seiring berjalannya waktu, imbuh Robi, dari hasil menambang sampan cukup untuk membuat dapur berasap.
"Saya menawarkan jasa penyeberangan menggunakan sampan ini. Sudah setahun terakhir saya sambil menjadi penambang, sekarang penumpang sedikit agak sepi," katanya.
Menurutnya, kondisi saat ini orang-orang hampir punya kendaraan pribadi. Sehingga moda transportasi sampan ini kian ditinggalkan.
"Sekarang orang sudah ramai pakai motor, mobil mau kemana-mana. Tak terlalu ramai yang memilih pakai sampan untuk menyeberang," ucapnya.
Dia juga bilang, beberapa tahun silam anak-anak sekolah masih ramai menggunakan sampan untuk menyeberang. Saat ini sudah tidak terlihat lagi.
"Anak-anak sekolahan pun sudah jarang naik sampan, sudah sepi sekarang. Mungkin beberapa tahun dulu itu masih ramai gunakan sampan," jelasnya.
Kendati demikian, menurutnya masih ada kalangan warga yang memilih menggunakan sampan untuk menyeberang.
"Walaupun sepi orang-orang masih ada yang membutuhkan jasa penyeberangan menggunakan sampan, mereka memanggil penambang," katanya.
"Mereka itu kebanyakan kalangan orang tua, mungkin kondisinya tidak punya motor mereka ingin menyeberang," jelasnya.
Robi mengaku, menjadi penambang sampai karena hatinya senang untuk mengambil profesi itu. Menurutnya pekerjaan seperti itu tak membuatnya terikat.
"Kemudian saya juga memilih sebagai penambang ini, karena senang, saya tidak terikat. Kita punya sampan sendiri dan bekerja sendiri sehingga tak begitu terikat," tegasnya.
Robi menilai sedikitnya banyaknya penumpang setiap hari itu kondisinya relatif. Tetapi dia bilang, pekerjaan itu harus dilakukan secara yakin.
"Penambang ini rupa ada, rupa tidak ada,
Nampaknya seperti ada penumpang, tapi nampak juga seperti tidak ada. Menjalaninya haru yakin, untuk terus bisa menjadi penambang," katanya.
Robi tak mematok besaran tarif jasa menyeberang sampan. Ia hanya menerima berapapun Rupiah yang diulurkan penumpang.
"Tidak ada patokan harga, ada yang kasih uang 2000, 5000, ada yang 10.000 itu tergantung pada orang-orang nya juga," ujarnya.
"Saya juga tidak menentukan tarif harus berapa. Tergantung pada orang yang menumpang mau memberi berapa," ungkapnya.
Tapi dia ingat kalau dirinya pernah diberi 100 Ribu Rupiah saat mengantar penumpang tertentu. Dia juga bilang menerima tawaran kalau ada penumpang yang ingin dibawa ke Keraton Sambas
"Bahkan pernah ada yang memberi saya 100 ribu. Saya pernah membawa orang yang datang dari luar daerah Sambas seperti dari Pontianak kemarin itu baru saja dari NTB," katanya.
"Biasanya rute penyeberangan saya Tumuk Manggis ke Pasar Melayu dan sebaliknya, namun kadang ada juga permintaan penumpang dibawa ke Keraton Sambas," tuturnya. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
| Pemda Kapuas Hulu Sudah Siapkan Lahan 3 Hektar untuk Sekolah Rakyat |
|
|---|
| Fenomena Depresi Remaja, Psikolog Beberkan Faktor Penyebabnya |
|
|---|
| Puluhan Pelanggar Terjaring dalam Penertiban Operasi Zebra Kapuas 2025 di PCC Pontianak |
|
|---|
| Pokdarkamtibmas Kubu Raya Resmi Dikukuhkan, Kolaborasi Keamanan Masyarakat Diperkuat |
|
|---|
| Polresta Pontianak Gelar Sosialisasi Asabri dan Taspen untuk Personel Jelang Pensiun |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/PENAMBANG-SAMPAN234eqwe.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.