SMA Kristen Talenta Singkawang Jadi Simbol Ketulusan Guru Mengajar dan Semangat Anak Bangsa Belajar
Tahun ajaran baru 2025, sekolah yang berada di bawah naungan Gereja Protestan di Barat (GPB) ini hanya menerima tiga siswa baru.
Penulis: Widad Ardina | Editor: Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG – Suasana hening terasa begitu kental di SMA Kristen Talenta Singkawang.
Deretan bangku kosong kini lebih banyak daripada yang terisi.
Tahun ajaran baru 2025, sekolah yang berada di bawah naungan Gereja Protestan di Barat (GPB) ini hanya menerima tiga siswa baru.
Kondisi ini sempat menimbulkan rasa canggung bagi Rehan, salah satu siswa kelas 10.
“Pas pertama masuk agak canggung, karena lingkungan di sini sepi,” ujarnya dengan jujur.
Namun seiring waktu, Rehan justru menemukan kenyamanan belajar di sekolah kecil ini.
Menurutnya, suasana yang tenang membuat dirinya lebih mudah memahami pelajaran.
Baca juga: Pembangunan Dapur SPPG Polri Polres Singkawang Capai 70 Persen, Siap Layani Ribuan Penerima Manfaat
“Kalau di sini enaknya nggak terganggu pas belajar. Karena suasananya tidak ramai, jadi lebih fokus,” tambahnya.
Jam belajar di SMA Kristen Talenta dimulai pada pukul 13.00 hingga 17.00 WIB.
Meski padat, Rehan bertekad untuk tetap semangat menuntut ilmu.
“Kalau ada ulangan atau nanti masuk semester dua, tetap semangat. Rencana ke depannya juga ingin terus belajar lebih baik lagi. Terima kasih juga untuk guru-guru yang sudah mendidik kami dengan baik,” ungkapnya penuh harapan.
Kepala Sekolah Punya Kerinduan Besar
Kepala Sekolah SMA Kristen Talenta, Kalistri Setiyani, mengaku menyimpan kerinduan besar agar sekolah yang dipimpinnya bisa kembali ramai seperti dulu.
“Harapan kami, supaya ada siswa kembali, kemudian siswa yang rame seperti yang lalu. Jadi supaya kami juga masih bisa berkarya, kemudian sama-sama memuji dan memelihara nama Tuhan bersama-sama,” tuturnya penuh harap.
Baca juga: Alasan Dangau Resort Singkawang Resmi Tutup Permanen
Meski jumlah siswa menurun drastis, ia menegaskan bahwa sekolah tetap berjalan berkat dukungan gereja, pendeta, serta guru-guru yang setia mengajar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.