KHAZANAH ISLAM

Khutbah Jumat Singkat : Pentingnya Memuliakan Guru dan Menjaga Adab Penuntut Ilmu

Berikut adalah salah satu rekomendasi Khutbah Jumat bertema tentang peran guru di tanah air

Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
KHUTBAH JUMAT - Ilustrasi tema Khutbah Jumat Hari Ini. Berikut adalah salah satu rekomendasi Khutbah Jumat bertema tentang peran guru di tanah air. 
Ringkasan Berita:
  • Berikut rekomendasi naskah Khutbah Jumat yang dapat digunakan pada Salat Jumat 21 November 2025, bertepatan dengan 30 Jumadil Awal 1447 H.
  • Khutbah Jumat merupakan bagian penting dari rangkaian ibadah salat Jumat. Khatib menyampaikan nasihat untuk meningkatkan ketakwaan, memperbaiki diri, dan mengajak jamaah mendekatkan diri kepada Allah SWT. 
  • Menjelang peringatan Hari Guru Nasional 25 November, berikut salah satu contoh khutbah Jumat bertema adab kepada guru,

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Yuk simak rekomendasi naskah Khutbah Jumat yang bisa digunakan pada Shalat Jumat 21 November 2025.

Saat ini umat muslim memasuki 30 Jumadil Awal 1447 Hijriyah.

Penyampaian Khutbah oleh sang khatib merupakan salah satu rukun pada Salat Jumat di hari Jumat.

Salah satu syarat sah dalam melangsungkan salat Jumat ialah didahului dengan dua khutbah.

Dalam khutbah, khatib akan menyampaikan nasihat dan mengajak pada jemaah salat jumat untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Islam menganjurkan supaya khutbah tidak disampaikan terlalu panjang agar jemaah tidak bosan. 

Berhubung, tak akan lama lagi akan ada peringatan Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 26 September 2025: Peran Muslim dalam Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

Berikut adalah salah satu rekomendasi Khutbah Jumat bertema tentang peran guru di tanah air seperti dilansir dari amaljariah.org:

Khutbah Jumat: Adab Kepada Guru

Khutbah Pertama: Adab Kepada Guru

Khutbah dibuka dengan pujian kepada Allah, shalawat atas Nabi Muhammad SAW, serta anjuran meningkatkan ketakwaan.

Khatib mengingatkan bahwa guru memiliki hak besar atas murid karena mereka mengajarkan ilmu, membimbing kepada kebaikan, dan menunjukkan jalan keselamatan. Maka sudah menjadi kewajiban murid untuk menghormati, memuliakan, dan menjaga adab terhadap guru. Ini merupakan bagian dari akhlak mulia.

Dikutip dari atsar para ulama:

Ali bin Abi Thalib RA berkata:

“Aku adalah budak bagi orang yang mengajariku satu huruf.”

Az-Zarnuji menegaskan bahwa ilmu tidak akan bermanfaat tanpa mengagungkan ilmu dan memuliakan guru.
Adab terhadap guru di antaranya:

1. Menjaga kesopanan dalam berbicara

Tidak memanggil guru dengan namanya secara langsung, melainkan dengan panggilan hormat seperti ustadz, ustadzah, pak, bu, atau wahai guru kami.
Ayat QS. An-Nur: 63 menjadi dasar untuk memuliakan pengajar kebaikan.

2. Beradab saat bertanya

Mendoakan guru saat bertanya.

Bertanya dengan lembut dan penuh hormat.

Muhammad bin Sirin mengatakan, “Pertanyaan yang baik menambah kecerdasan.”

3. Tidak membantah atau menyakiti guru

Murid tidak boleh hadir ke majelis ilmu dengan niat mencari kesalahan.

Ibnu Hazm menegaskan bahwa orang yang merendahkan guru tidak akan mendapat manfaat ilmu.

4. Bersyukur atas jasa guru

Nabi SAW bersabda:

“Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.”

Karena itu murid wajib menjaga kebaikan guru.

Khutbah pertama ditutup dengan doa untuk umat Islam, saudara-saudara di Palestina, serta pemimpin bangsa.

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ والبَرَكَاتُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة

  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah

Marilah kita terus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan menambah kualitas ketaatan seraya memperbanyaknya dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan, serta melimpahkan shalawat dan salam kepada Rasulullah ﷺ

Guru memiliki hak yang sangat besar atas para muridnya. Mereka memiliki keutamaan mulia karena mengajarkan ilmu kepada manusia, menuntun mereka menuju jalan pengetahuan, dan menuntun mereka menapaki jalan keselamatan.

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban untuk menjaga hak-hak guru, menghormatinya, memuliakannya, dan memperhatikan adab terhadapnya. Hal ini merupakan inti dari ilmu, bagian dari akhlak yang mulia, dan tanda keluhuran jiwa.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا وَاحِدًا، إِنْ شَاءَ بَاعَ، وَإِنْ شَاءَ اسْتَرَقَّ

“Aku adalah budak bagi orang yang mengajariku satu huruf. Jika ia mau, ia boleh menjualku, dan jika ia mau, ia boleh menjadikanku budak.” (Ta‘līm al-Muta‘allim Ṭarīq at-Ta‘allum, hlm. 25)

Az-Zarnuji rahimahullah berkata:

اِعْلَمْ أَنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لَا يَنَالُ الْعِلْمَ وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ إِلَّا بِتَعْظِيمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ، وَتَعْظِيمِ الْأُسْتَاذِ وَتَوْقِيرِهِ. قِيلَ: مَا وَصَلَ مَنْ وَصَلَ إِلَّا بِالْحُرْمَةِ، وَمَا سَقَطَ مَنْ سَقَطَ إِلَّا بِتَرْكِ الْحُرْمَةِ.

“Ketahuilah bahwa penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mendapatkan manfaat darinya kecuali dengan cara mengagungkan ilmu dan orang-orang yang berilmu, serta menghormati dan memuliakan gurunya. Dikatakan: Tidaklah seseorang mencapai derajat tinggi kecuali karena menjaga kehormatan (terhadap guru), dan tidaklah seseorang jatuh derajatnya kecuali karena meninggalkan kehormatan itu.” (Ta‘līm al-Muta‘allim Ṭarīq at-Ta‘allum, hlm. 25)

Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah

Termasuk bentuk penghormatan yang indah dan adab yang luhur adalah ketika seorang murid menjaga kesopanan dalam berbicara kepada gurunya. Tidak boleh memanggilnya dengan hanya menyebut namanya secara langsung, tetapi hendaknya ia menggunakan panggilan yang menunjukkan penghormatan dan pengagungan, seperti mengatakan: Wahai guru kami, wahai guruku, afwan ustadz ustadzah, maaf pak bu.

Jika tidak pantas bagi seorang anak memanggil ayah kandungnya dengan berkata: “Wahai Fulan” maka demikian pula tidak pantas bagi seorang murid memanggil gurunya yang telah mengajarinya, mendidiknya, dan membimbingnya dengan cara seperti itu.

Allah Ta‘ala berfirman:

لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا

“Janganlah kamu jadikan panggilanmu kepada Rasul itu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain.” (QS. An-Nur: 63)

Makna ayat mulia ini adalah janganlah kalian memanggil Nabi Muhammad ﷺ dengan namanya seperti kalian saling memanggil sesama kalian, tetapi muliakanlah dan agungkanlah beliau, dan katakanlah: Wahai Rasulullah, Wahai Nabi Allah.

Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang keharusan memuliakan pengajar kebaikan, karena Rasulullah ﷺ adalah pengajar kebaikan bagi umat, dan para guru adalah pewaris para Nabi. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk menghormati dan mengagungkan beliau.

Kaum muslimin rahimakumullah

Penting juga untuk memperhatikan adab dalam bertanya kepada guru, di antaranya:

Pertama: Mendoakan guru ketika bertanya. Misalnya dengan mengatakan: “Ustadz, ustadzah, pak, bu, semoga Allah merahmati Anda, mohon jawabannya kalau boleh bertanya apa hukum ini dan itu…?”

Kedua: Bertanya dengan cara yang baik dan penuh kelembutan. Di antara ungkapan hikmah yang masyhur adalah pertanyaan yang baik adalah separuh dari ilmu.

Apabila seorang murid mengajukan pertanyaan dengan adab yang baik, maka hal itu akan membuat guru bersemangat untuk menjawabnya dan menjelaskan hal yang masih samar, karena ia melihat kesiapan dan kesungguhan muridnya.

Muhammad bin Sirin berkata:

كَانُوا يَرَوْنَ حُسْنَ السُّؤَالِ يَزِيدُ فِي عَقْلِ الرَّجُلِ

“Mereka (para salaf) memandang bahwa pertanyaan yang baik dapat menambah kecerdasan seseorang.” (Ibn Abī ad-Dunyā fī Kitāb al-‘Aql wa Faḍlih, hlm. 54)

An-Nawawi rahimahullah berkata:

وَيَتَلَطَّفُ فِي سُؤَالِهِ، وَيُحْسِنُ خِطَابَهُ

“Hendaklah ia (murid) bertanya dengan lemah lembut dan berbicara dengan cara yang baik.” (Al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhadzdzab (1/37))

Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah

Seorang murid hendaknya tidak membantah gurunya, tidak menyakiti hatinya, dan tidak bersikap keras atau memaksa dalam berdialog. Sebab bisa jadi seorang murid kehilangan manfaat ilmu karena buruknya sikap terhadap gurunya. Tidaklah seseorang membuat gurunya marah melainkan ia akan terhalang dari ilmunya.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata:

إِذَا حَضَرْتَ مَجْلِسَ عِلْمٍ فَلَا يَكُنْ حُضُورُكَ إِلَّا حُضُورَ مُسْتَزِيدٍ عِلْمًا وَأَجْرًا، لَا حُضُورَ مُسْتَغْنٍ بِمَا عِنْدَكَ؛ طَالِبًا عَثْرَةً تُشِيعُهَا، أَوْ غَرِيبَةً تُشَنِّعُهَا، فَهَذِهِ أَفْعَالُ الْأَرْذَالِ، الَّذِينَ لَا يُفْلِحُونَ فِي الْعِلْمِ أَبَدًا، فَإِذَا حَضَرْتَهَا عَلَى هَذِهِ النِّيَّةِ فَقَدْ حَصَلْتَ خَيْرًا عَلَى كُلِّ حَالٍ، وَإِنْ لَمْ تَحْضُرْهَا عَلَى هَذِهِ النِّيَّةِ فَجُلُوسُكَ فِي مَنْزِلِكَ أَرْوَحُ لِبَدَنِكَ، وَأَكْرَمُ لِخُلُقِكَ، وَأَسْلَمُ لِدِينِكَ

“Apabila engkau menghadiri majelis ilmu, maka janganlah kehadiranmu itu kecuali dengan niat untuk menambah ilmu dan pahala, bukan dengan perasaan sudah cukup dengan apa yang engkau miliki; dan bukan pula dengan niat mencari-cari kesalahan untuk disebarkan, atau hal aneh untuk dijadikan bahan celaan. Itu adalah perbuatan orang-orang hina yang tidak akan pernah berhasil dalam menuntut ilmu. Jika engkau hadir dengan niat seperti itu (yaitu mencari ilmu dan pahala), maka engkau akan mendapatkan kebaikan dalam segala keadaan. Namun jika engkau hadir tanpa niat tersebut, maka duduk di rumahmu lebih menenangkan badanmu, lebih menjaga kehormatan akhlakmu, dan lebih menyelamatkan agamamu.” (Al-Akhlāq wa as-Siyar fī Mudāwāt an-Nufūs, hlm. 92)

Disebutkan dalam bait syair:

إِنَّ الْمُعَلِّمَ وَالطَّبِيبَ كِلَاهُمَا
لَا يَنْصَحَانِ إِذَا هُمَا لَمْ يُكْرَمَا
فَاصْبِرْ لِدَائِكَ إِنْ أَهَنْتَ طَبِيبَهُ
وَاصْبِرْ لِجَهْلِك إِنْ جَفَوْتَ مُعَلِّمَا

“Sesungguhnya guru dan tabib, keduanya tidak akan menasihati dengan tulus apabila tidak dihormati.
Bersabarlah atas penyakitmu bila engkau menghina doktermu, dan bersabarlah atas kebodohanmu bila engkau menyinggung gurumu.”

Jama’ah jumat yang berbahagia

Bersyukur atas kebaikan guru. Allah Ta‘ala berfirman:

وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ

“Dan janganlah kalian melupakan keutamaan di antara kalian.” (QS. Al-Baqarah: 237)

Dan Nabi ﷺ bersabda:

لَا يَشْكُرُ الله مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.” (HR. Abū Dāwūd no. 4811, dan at-Tirmidzi no. 1954, dan berkata, ‘Hadis Shahih’)

Seorang Muslim wajib menjaga dan menghargai kebaikan orang yang telah berbuat baik kepadanya, serta tidak melupakan jasanya siapa pun orangnya. Bagaimana mungkin ia melupakan kebaikan seseorang yang telah berbuat baik kepadanya dengan ilmu, yang merupakan bentuk kebaikan paling mulia?

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ قَدْ عَلَّمَهُ أُسْتَاذٌ عَرَفَ قَدْرَ إِحْسَانِهِ إِلَيْهِ وَشَكَرَهُ

“Apabila seseorang telah diajari oleh gurunya, maka ia harus mengetahui kadar kebaikan gurunya terhadapnya dan bersyukur atasnya.” (Majmū‘ al-Fatāwā (28/17))

Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah

Demikian khutbah pertama ini, masih banyak hal tentang adab terhadap guru, jangan lupa doakan kebaikan untuk saudara-saudara kita di Palestina, dan kebaikan untuk pemimpin kita, semoga Allah Ta’ala mengampuni dan merahmati setiap kita, dan mewafatkan kita semua dalam keadaan husnul khatimah, aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah Kedua

Khutbah kedua berisi:

  • Pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
  • Ajakan untuk bertakwa dan mempersiapkan bekal akhirat.
  • Perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian doa:

  • Ampunan bagi seluruh kaum muslimin dan muslimat.
  • Doa keselamatan, kebaikan keluarga, keturunan, serta permohonan hidayah dan ketakwaan.
  • Doa agar diberikan kebaikan dunia dan akhirat serta dijauhkan dari siksa neraka.

Khutbah ditutup dengan tasbih dan hamdalah.

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ

 یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،  إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ،  يَا قَاضِيَ الحَاجَات

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَا وَأَهْلِنَا، وَلِكُلِّ مَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبۡحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا یَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ

Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved