Makna Festival Kue Bulan 2025: Tradisi Tionghoa Rayakan Panen dan Persatuan Keluarga

Festival Kue Bulan dirayakan untuk merayakan musim panen dan menghormati dewi bulan, Chang’e.

Editor: Dhita Mutiasari
Freepik
FESTIVAL KUE BULAN - Festival Kue Bulan 2025 akan dirayakan pada Senin, 6 Oktober 2025. Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival (Mid-Autumn Festival) adalah perayaan penting budaya Tionghoa untuk mensyukuri panen dan mempererat hubungan keluarga di bawah sinar bulan purnama. 

Dengan rute yang menantang namun penuh keseruan, para pelari menempuh jalur dari Gerbang Jembatan Rusen – Jalan Budi Utomo – Jalan Kurau – Jalan Setia Budi – Jalan Niaga (Tugu Naga) – Jalan Sejahtera - Jalan P Diponegoro – U Turn Mahkota – hingga kembali ke titik finish di Jl. Niaga.

Selama berlari, peserta disambut antusiasme masyarakat yang turut menyemarakkan jalannya lomba.

Aksi Dewi Bulan  Festival Moon Cake 2025 di Kota Singkawang

Penampilan memukau Dewi Bulan dalam Festival Moon Cake 2025 di Kota Singkawang, Jumat, 3 Oktober 2025 kemarin, berhasil mencuri perhatian penonton. 

Tak banyak yang tahu, sosok di balik aksi spektakuler itu adalah seorang remaja berusia 16 tahun, siswi Anak Panah Cyberschool Jakarta bernama Daquenna, yang baru pertama kali tampil di atas ketinggian menggunakan crane.

Remaja ini mengisahkan, dirinya dihubungi langsung oleh pihak ACYA (Asosiasi Cinta Yayasan Anak) untuk tampil sebagai Dewi Bulan dalam festival tersebut. 

Ia mengaku awalnya hanya diminta menjadi bintang tamu untuk menari dan bernyanyi.

“Aku dihubungi dari pihak ACYA, terus ditanya takut ketinggian enggak. Aku jawab enggak, jadi ditawarin untuk jadi Dewi Bulan karena kebetulan aku juga bintang tamu nari dan nyanyi di sini,” ujarnya saat diwawancarai tribunpontianak.co.id, Minggu 5 Oktober 2025.

Meski tampilnya terlihat sempurna menari di atas udara setinggi 50 meter, persiapan gadis 16 tahun itu ternyata sangat singkat. 

Ia baru tiba di Singkawang pada Kamis 3 Oktober 2025 sore dari Jakarta dan langsung menjalani latihan singkat pada malam hari sebelum tampil.

“Aku terbang dari Jakarta tanggal 3, jadi latihannya jam 4 sore dan malamnya langsung perform. Sebelumnya cuma trial dan pengecekan keamanan crane dari panitia,” katanya.

Menurutnya, latihan dilakukan hanya sekali gladi resik bersama tim dancer dan musik. Meski sempat merasa gugup di awal, rasa takutnya perlahan hilang saat sudah berada di atas crane.

“Pas GR pertama naik agak takut sih, tapi pas udah di atas malah santai, enggak takut lagi. Cuma pas proses naik dari lantai itu agak grogi,” ungkapnya.

Ia menambahkan, tantangan lain saat tampil adalah menjaga keseimbangan dan mengatur arah tubuh agar bisa menghadap penonton.

“Pas show sempat deg-degan juga, takut kostum nyangkut, terus kesulitannya itu enggak bisa mutar untuk hadap penonton. Tapi karena penontonnya antusias banget, jadi tambah semangat,” ujarnya dengan semangat.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved