Padahal, secara teori Bulog semestinya hanya turun tangan bila harga jatuh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kg. Ketiga, produksi beras nasional memang tengah turun mengikuti pola musiman.
Data Kerangka Sampel Area BPS menunjukkan surplus beras pada Juli, Agustus, dan September masing-masing hanya 0,22 juta ton, 0,48 juta ton, dan 0,56 juta ton.
Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan Maret dan April yang mencapai 2,64 juta ton.
Dengan suplai yang menipis, persaingan membeli gabah kian sengit.
• MELEJIT Harga BBM Pertalite Terbaru di Kios Bensin Eceran Kini Tembus Rp 20.000 Per Liter
“Surplus produksi menurun. Ini terkait pola produksi padi yang musiman. Seperti pola puluhan tahun lalu, produksi di musim gadu (Juni-September) mulai menurun. Produksi lebih rendah dari musim panen raya (Februari-Mei),” lanjutnya.
“Ujung dari tiga kondisi di atas, harga gabah di pasar akan tetap tinggi. Ketika harga gabah tinggi, harga beras juga akan tetap tinggi. Tiga penyebab ini saling terkait dan saling memperkuat,” beber Khudori.
# Berita Viral
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!