Ragam Contoh

Meriam Karbit: Tradisi Unik Khas Pontianak yang Jadi Magnet Wisata dan Warisan Budaya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MERIAM KARBIT- Dentuman kerasnya yang menggema di sepanjang tepian Sungai Kapuas tak hanya membangkitkan suasana semarak, tapi juga merekatkan nilai-nilai budaya dan kebersamaan.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Permainan meriam karbit bukan hanya sekadar hiburan tradisional semata bagi warga Pontianak. 

Lebih dari itu, tradisi ini telah menjelma menjadi simbol kebanggaan lokal dan daya tarik wisata yang ikonik di Kalimantan Barat.

Kehadiran meriam karbit dalam berbagai perayaan, khususnya menjelang Hari Raya Idulfitri, selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat. 

Dentuman kerasnya yang menggema di sepanjang tepian Sungai Kapuas tak hanya membangkitkan suasana semarak, tapi juga merekatkan nilai-nilai budaya dan kebersamaan.

Tradisi ini diyakini sebagai satu-satunya di dunia yang hanya bisa ditemukan di Pontianak.

 Hal ini menjadikan permainan rakyat tersebut sangat istimewa dan memiliki nilai historis serta kultural yang tinggi.

“Permainan meriam karbit tidak akan ditemukan di daerah lain, bahkan di dunia manapun, selain di Pontianak. Oleh karena itu, kami berharap eksibisi seperti ini bisa terus dilestarikan, menjadi warisan budaya yang hidup, dan menjadi kebanggaan bagi generasi mendatang di Kota Pontianak,” ungkap seorang tokoh budaya setempat.

Soal Royalti Musik Aston Pontianak Patuh Bayar Lisensi, Hotel Alimoer Akui Belum Pernah Ditagih

Tak hanya sebagai sarana pelestarian budaya lokal, permainan meriam karbit kini juga bertransformasi menjadi atraksi wisata yang menarik minat wisatawan domestik hingga mancanegara. 

Setiap tahunnya, kawasan tepi Sungai Kapuas dipadati penonton yang ingin menyaksikan langsung aksi unik ini.

Dengan nilai tradisi yang kuat dan potensi wisata yang besar, meriam karbit layak didorong sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang mendunia.

Meriam karbit Pontianak memiliki asal usul yang sangat erat kaitannya dengan legenda dan sejarah berdirinya kota tersebut. Berikut adalah penjelasan mengenai asal usul tradisi unik ini:

1. Pengusiran Kuntilanak

Legenda yang paling terkenal dan dipercaya secara turun-temurun adalah bahwa meriam karbit digunakan untuk mengusir makhluk halus, khususnya kuntilanak. 

Konon, saat Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kota Pontianak, sedang membuka lahan untuk mendirikan Kesultanan Pontianak, beliau dan pasukannya sering diganggu oleh hantu-hantu.

Untuk mengatasi gangguan tersebut, Sultan memerintahkan pasukannya untuk menembakkan meriam. 

Suara dentuman meriam yang menggelegar diyakini mampu mengusir makhluk-makhluk gaib tersebut. Dari situlah, tradisi membunyikan meriam untuk mengusir hal-hal negatif dan menyambut hari kemenangan (Idulfitri) dimulai.

Budaya Lokal Jadi Inspirasi, Pemkot Pontianak Gelar Lomba Corak Insang

2. Penanda Waktu

Pada awalnya, meriam ini juga digunakan sebagai penanda waktu bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Kapuas.

Dentuman meriam menandakan waktu maghrib atau waktu berbuka puasa selama bulan Ramadan. Namun, saat ini, tradisi ini lebih difokuskan untuk memeriahkan malam takbiran dan perayaan Idulfitri.

Perkembangan Tradisi Meriam Karbit

Bahan Baku: Meriam karbit tradisional dibuat dari batang pohon kayu seperti kayu laban atau bengkirai, atau bahkan batang kelapa, yang dilubangi di bagian tengahnya. Diameter meriam bisa mencapai 60 cm dengan panjang 4-7 meter.

Proses Pembuatan: Pembuatan meriam ini membutuhkan keahlian khusus dan kerja sama tim. Lubang di dalam batang kayu dibuat dengan sangat teliti agar menghasilkan suara yang nyaring dan bulat.

Festival dan Eksibisi: Tradisi ini telah berkembang menjadi sebuah festival tahunan yang sangat dinantikan oleh masyarakat Pontianak dan menjadi daya tarik wisata. Meriam-meriam dihias dengan ornamen khas Melayu dan dipamerkan di sepanjang pinggir Sungai Kapuas.

Warisan Budaya: Pada tahun 2016, tradisi Meriam Karbit Pontianak telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb), sebagai pengakuan atas nilai sejarah dan budayanya yang penting.

Aturan Pemerintah: Untuk menjaga keselamatan dan ketertiban, pemerintah setempat kini memberlakukan aturan bahwa meriam karbit hanya boleh dimainkan pada waktu-waktu tertentu, biasanya tiga hari sebelum hingga tiga hari setelah Idulfitri.

Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkini