Menurut Dahlan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 2015 telah menetapkan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yang salah satunya mencakup isu lingkungan dan ketahanan pangan.
Sampah makanan adalah bagian penting dari problematika tersebut.
Melalui pendekatan kolaboratif, Dahlan berharap model-model lokal seperti pemanfaatan sampah makanan untuk kompos bisa diangkat menjadi contoh praktik baik global.
Kuncinya ada pada sinergi antar pemangku kepentingan, termasuk media, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Apa Tantangan Baru yang Perlu Diantisipasi?
Selain isu lingkungan dan pangan, Dahlan juga menyinggung tantangan masa depan seperti dampak kecerdasan buatan (AI) terhadap dunia kerja.
Ia mengingatkan bahwa perubahan ini bisa menambah lapisan kesulitan baru, terutama jika tidak diantisipasi dengan kesiapan sosial dan kebijakan yang inklusif.
“Semoga usaha kita bareng-bareng ini, betapapun kecilnya, bisa membangun sinergi untuk mengatasi masalah-masalah publik yang sudah dan akan terjadi. Ini tugas yang mulia sekali,” ujarnya.
Bagaimana Kita Bisa Berperan?
Program MBG adalah langkah penting menuju perbaikan gizi anak-anak Indonesia.
Namun, keberhasilannya tidak bisa dilepaskan dari pengelolaan limbah makanan yang bijak.
Apa yang sebelumnya dianggap sebagai masalah kini bisa menjadi solusi, jika ada kemauan untuk berinovasi dan bekerja sama lintas sektor.
Media seperti Tribun Network, perusahaan seperti PT Sampoerna, serta dukungan dari pemerintah dan organisasi internasional, menunjukkan bahwa kolaborasi lokal mampu menjawab tantangan global.
Sampah makanan bukan lagi sekadar limbah, melainkan peluang keberlanjutan.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dahlan Dahi: Mata Lokal Fest 2025 Jadi Wadah Mengembangkan Inovasi Pembangunan Berkelanjutan
• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!