TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Suasana duka menyelimuti Komplek BTN Teluk Mulus, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kamis 8 Mei 2025.
Warga datang silih berganti ke rumah duka, menyampaikan belasungkawa atas kepergian tragis seorang guru bernama Diah Rindani (38).
Perempuan yang dikenal lembut dan berdedikasi itu diduga menjadi korban perampokan yang berujung maut.
Di sudut ruang tamu, tampak seorang pria duduk termenung. Wajahnya menyimpan luka baik yang terlihat, maupun yang tidak.
Dialah Solikin (61), seorang purnawirawan Polri, sekaligus ayah kandung dari almarhumah Diah.
"Kasian anak saya itu berjuang sendiri… kok bisa-bisanya saya di samping kamar nggak dengar," ucap Solikin dengan suara bergetar, menahan amarah dan penyesalan.
Beberapa jam sebelum tragedi itu terjadi, Solikin mengeluh sakit akibat asam lambung yang kambuh.
Diah, dengan naluri seorang anak yang penuh perhatian, membujuk ayahnya untuk segera berobat malam itu juga.
“Nggak usah nunggu besok, Pak… malam ini aja berobatnya, takut nanti malam kenapa-kenapa,” begitu kata Diah seperti ditirukan Solikin.
Sepulang dari rumah sakit ba’da isya, mereka masih sempat bercengkrama di ruang tamu. Diah bahkan mengatur alarm di ponsel ayahnya agar tak lupa minum obat, sebelum ia sendiri sibuk menyelesaikan desain undangan pernikahan adiknya.
Tak disangka, di saat rumah itu mulai terlelap, sebuah bahaya diam-diam mengintai.
Seorang remaja berinisial Obama (16), diduga menyelinap masuk karena melihat cahaya dari kamar Diah dan tergiur perangkat elektronik yang masih menyala.
Sekitar pukul 23.50 WIB, Solikin mendengar suara gaduh dari kamar anaknya. Ia sempat bertanya kepada menantunya. “Dek, di kamar Mbak kenapa bunyi glebak-glebuk?” ungkap Solikin.
Pintu kamar Diah sempat sulit dibuka, seolah ada sesuatu yang mengganjal dari dalam.
Setelah didobrak, Solikin mendapati putrinya sudah terkapar bersimbah darah, sementara pelaku masih berada di lokasi.
Dengan naluri seorang ayah dan mantan aparat, Solikin berusaha mengamankan pelaku yang sempat melawan hingga keduanya terseret ke depan rumah.
Teriakan menantunya membangunkan warga sekitar yang kemudian ikut membantu menahan pelaku.
Selesai dari itu Solikin yang melihat anaknya berlumuran darah Diah langsung dilarikan ke RS Kartika Husada.
“Di perjalanan dia masih bernapas, Dokter sempat lakukan pompa napas tiga kali, tapi akhirnya bilang anak saya tidak tertolong.” kenang Solikin lirih.
Solikin masih menyimpan sesal mendalam. Ia menyayangkan mengapa tak menyadari kehadiran pelaku lebih awal. Ia juga menceritakan bahwa Diah mengalami luka tusuk di wajah, leher, dan dada.
“Waktu pintu itu susah dibuka, ternyata anak saya jadi ganjelannya , ntah berapa lama anak saya berjuang sendirian," ucap Solikin, matanya basah, suara tercekat.
Kini, Diah telah tiada. Namun, perjuangan dan kasih sayangnya akan terus hidup dalam ingatan keluarga dan semua orang yang mengenalnya.
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!