TRIBUN PONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ketua Kelompok Tani Subur Sejahtera, Aliansor, menyampaikan bahwa petani di wilayahnya sangat membutuhkan bantuan alat-alat pertanian, khususnya mesin perontok dan mesin tanam berukuran mini, Rabu 23 April 2025.
"Yang kita perlukan selain pupuk sama racun-racun rumput, obat-obatan, mesin-mesin perontok sama mesin tanam yang mini itu sangat diperlukan sama petani disini, kalau mesin perontok untuk pasca panen, kalau dengan kaki tidak mampu jadi harus pakai mesin perontok," ungkap Ketua Kelompok Tani Aliansor.
Menurutnya, mesin-mesin tersebut sangat dibutuhkan karena aktivitas pertanian, terutama pascapanen, tidak lagi bisa dilakukan secara manual.
"Mesin perontok yang tersedia saat ini hanya pinjaman dari dinas, ukurannya besar dan berat sehingga menyulitkan untuk dibawa ke lokasi. Kami berharap ke depan bisa mendapatkan mesin yang lebih ringan tapi tetap memadai dari segi kapasitas," ujar Aliansor.
Selain itu, ia menyebut bahwa kelompok tani mereka juga pernah menerima bantuan traktor dari pemerintah pusat semasa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
• Wakil Wali Kota Pontianak Bahasan Tanam Padi Serentak Dukung Program Nasional Swasembada Pangan
Namun, alat tersebut kini tidak lagi digunakan karena kondisi tanah yang terlalu lembek dan tidak cocok untuk traktor.
"Traktor juga tidak bisa di gunakan karena tanahnya memang sudah lembek, Dulunya hanya digunakan hanya beberapa kali saja digunakan gitu, sekarang nganggur lah traktornya karena tidak diperlukan lagi," ungkap Aliansor saat diwawancarai di halaman Masjid Al-mustaqim Jl Karet/Jalan Nipah Kuning Dalam.
Ia mengatakan kelompok Tani Subur Sejahtera terdiri dari 15 anggota, dengan hasil panen sekitar satu ton per orang. Dalam setahun, mereka hanya bisa panen satu kali.
"Kalau kita kan anggotanya ada 15 orang, 15 orang itu rata rata 1 ton, satu orang sekitar 15 ton. Kadang panen hanya setahun sekali aja," katanya.
Aliansor juga menuturkan bahwa luas lahan yang digarap oleh para anggota lebih dari 10 hektare secara keseluruhan.
Ia menambahkan, masyarakat di daerahnya telah memanfaatkan lahan-lahan kosong sejak masa krisis hampir 20 tahun lalu.
"Saya berladang sudah 17 tahun, semua dengan masyarakat sini, mulai dari masa krisis dulu. Jadi masyarakat menggunakan lahan-lahan kosong ini mulai dari masa krisis, hutan di babat-babat orang, ditanam padi. Sejak itu berarti sudah hampir 20tahun, sejak masa krisis dulu semua lahan yang dipakai itu punya orang, lahan nganggur," sahutnya. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!