Sistem Penilaian Lomba Gasing di Gemilang Budaya Kalbar 2025

Editor: Try Juliansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LOMBA GASING - Ari, satu diantara juri lomba permainan tradisional gasing dari KPOT (Komite Pelestari Olahraga Tradisional), saat menjelaskan sistem penilaian dalam ajang Gemilang Budaya Kalbar 2025 yang digelar di halaman Museum Kalimantan Barat, Jumat 8 Agustus 2025. Berbeda dari tahun sebelumnya yang bersifat perorangan, tahun ini panitia mencoba sistem beregu untuk mendorong semangat kebersamaan dan strategi tim.

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Faisal Ilham Muzaqi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Lomba permainan tradisional gasing turut memeriahkan event Gemilang Budaya Kalbar 2025 yang digelar di halaman Museum Kalimantan Barat, Jumat 8 Agustus 2025.

Sebanyak 24 grup dari berbagai latar belakang ambil bagian dalam kompetisi ini. Tak hanya berasal dari komunitas pecinta budaya, beberapa peserta juga datang dari dinas dan sekolah. Lomba dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan berlangsung hingga sore hari.

Satu diantara juri lomba, Ari, menjelaskan bahwa sistem penilaian dalam pertandingan tahun ini menggunakan format beregu. Setiap tim terdiri dari tiga orang yang masing-masing berkesempatan dua kali bermain, sebagai penjamu dan pemangka dengan skor akhir dijumlahkan dari seluruh penampilan.

"Kalau gasing yang dilempar tetap berputar dalam lingkaran tanpa dipukul lawan, maka dia dapat poin. Tapi kalau dua-duanya keluar lingkaran, ya nggak ada yang dapat nilai," jelas Ari saat diwawancarai Tribun Pontianak usai pertandingan.

Ia menambahkan bahwa jika keduanya tetap berputar dalam lingkaran setelah saling berbenturan, maka situasi tersebut disebut uri. Pemenangnya ditentukan dari siapa yang gasingnya lebih lama berputar.

Berbeda dari tahun sebelumnya yang bersifat perorangan, tahun ini panitia mencoba sistem beregu untuk mendorong semangat kebersamaan dan strategi tim.

Ari, yang juga merupakan anggota KPOT (Komite Pelestari Olahraga Tradisional), mengatakan bahwa lomba ini bukan sekadar adu keterampilan, tapi juga bagian dari upaya pelestarian budaya.

Baca juga: Komunitas Sambas Ramaikan Lomba Gasing di Pontianak, Bawa 18 Pemain Lintas Usia

"Anak muda harus kenal permainan seperti ini. Gasing di setiap daerah punya ciri khas masing-masing, tapi semangat kita sama, melestarikan budaya," tegasnya.

 Ari berharap lomba gasing bisa terus digelar rutin dan dikenal lebih luas di semua kalangan.

"Kita ingin animo masyarakat meningkat. Karena budaya seperti ini tidak boleh hilang," pungkasnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkini