Mengapa Navigasi Digital Tak Bisa Diandalkan Sepenuhnya?
Apa Kata Pakar Soal Ketergantungan pada Google Maps?
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, mengingatkan agar pengemudi tidak sepenuhnya mengandalkan aplikasi navigasi, terutama saat melintasi jalan baru yang mungkin belum sepenuhnya diperbarui dalam sistem digital.
“Berkendara tidak hanya memutar setir atau sekadar injak pedal gas dan rem, tapi harus bisa membaca hal-hal yang berpotensi bahaya," ujar Sony kepada Kompas.com.
Menurutnya, meskipun Google Maps sangat membantu, tetap saja 90 persen kendali keselamatan ada di tangan pengemudi.
“Langkahnya mudah apabila didasari dengan niat dan konsisten. Karena salah jalan dan berujung celaka, sekalipun menggunakan Google Maps, itu tetap 90 persen kesalahan pengemudi,” tambahnya.
Bagaimana Cara Menyikapi Jalan yang Tidak Jelas atau Tertutup?
Sony juga menekankan pentingnya sikap waspada terhadap penghalang jalan.
Jika pengemudi melihat adanya pembatas atau tanda-tanda tidak biasa, maka sudah sepatutnya mereka melambat dan berhenti untuk memastikan situasi.
“Ada pembatas atau penghalang harusnya pengemudi melambat untuk curiga. Setelah itu berhenti untuk memastikan keamanannya, cek Google Maps untuk memastikan arahnya dan melihat kondisi di depan dengan lampu jauh. Jangan memaksakan diri, kalau tidak yakin, putar balik atau maju perlahan,” jelasnya.
Bagaimana Menggunakan Aplikasi Navigasi Secara Aman?
Perlukah Mengaktifkan Fitur Audio Google Maps?
Jusri Pulubuhu, Founder Defensive Driving Consulting (JDDC), turut memberikan saran terkait penggunaan navigasi digital saat berkendara.
Ia menekankan bahwa membaca peta sambil menyetir bisa sangat mengganggu konsentrasi.
“Maps dihidupkan, audionya dihidupkan. Didengarkan saja. Kalau ingin sekadar lihat karena ragu, ya berhenti,” ujar Jusri.