Imlek dan Cap Go Meh

Makna dan Sejarah Kue Keranjang, Sajian Khas Imlek

Editor: Dhita Mutiasari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makna dan Sejarah Kue Keranjang, Sajian Khas Imlek. Dalam tradisi Tionghoa, makanan yang manis sering kali dianggap membawa rezeki dan keberuntungan.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kue Keranjang menjadi salah satu sajian yang selalu ada dan wajib saat perayaan Tahun Baru Imlek.

Kue keranjang biasanya terbuat dari campuran tepung ketan, tepung sagu, air, dan gula.

Rasanya manis dan teksturnya lengket.

Kue Keranjang memiliki makna filosofis yang dikaitkan dengan keberuntungan.

Ia juga sarat dengan kisah sejarah dan legenda dari negeri Tiongkok.

Di negeri asalnya, kue lengket manis ini bernama Nian Gao (Nien Kau) atau nama lain dalam dialek Hokkian disebut Thi Kue, kue manis.

Kue keranjang biasanya dijadikan makanan penutup dalam acara tahun baru Imlek.

Bagaimana makna dan sejarah kue keranjang hingga menjadi hidangan populer saat Imlek?

Simbol Unik hingga Pernak Pernik Khas Imlek yang Sarat Makna, Lampion hingga Kue Keranjang

Makna Kue Keranjang

Makna kue keranjang Memakan kue ini di perayaan tahun baru, bagi warga Tionghoa memiliki makna positif yang dipercaya secara turun-temurun.

Kue keranjang menjadi simbol atas pendapatan dan jabatan yang lebih tinggi, anak-anak yang berkembang dengan baik, dan secara umum menjanjikan tahun yang lebih baik dari sebelumnya.

Sehingga mereka meyakini, makan kue keranjang selama perayaan Imlek atau Tahun Baru China mendatangkan keberuntungan dan nasib baik bagi yang memakannya.

Pada awal Dinasti Liao (907-1125), orang-orang di Beijing memiliki kebiasaan memakan kue di hari pertama bulan pertama.

Lalu dalam perkembangannya, seperti pada masa Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1911), kue keranjang mulai menjadi santapan sehari-hari orang-orang di China.

Sejarah Kue Keranjang

Halaman
123

Berita Terkini