TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Umat Islam diseluruh dunia akan menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan senang gembira.
Jika kamu sedang mencari contoh Khutbah atau pidato untuk Idul Fitri, berikut ini contoh dan referensi yang bisa kamu gunakan.
Umat muslim yang telah melaksanakan sholat Idul Fitri dianjurkan untuk tetap duduk dan mendengarkan khutbah yang dibawakan oleh khatib.
Hal ini sebagai pengingat akan kebaikan dan pengingat sebagai diri untuk menuju yang lebih baik lagi.
Berikut ini contoh Khutbah Idul Fitri :
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّ هِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّ هِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِل هَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِل هَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
الحَمْدُ لِلّ هِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِل هَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّ هُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ . وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى : وَكَذ لِكَ جَعَلْن كُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَا اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَل ى عَقِبَيْهِ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّ هُ وَمَا كَانَ اللّ هُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ اِنَّ اللّ هَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Kaum muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah Swt…
Setelah sebulan lamanya kita berpuasa, maka sekarang tiba-lah masanya kita tumpahkan rasa senang dan rasa haru. Kita ungkapkan sepenuh hati rasa gembira dan rasa syahdu, sembari mengagungkan Nama Allah Azza wa Jalla. “Allahu Akbar x 3 wa lillahil hamd”.
Betapa huranya kita, sebab Allah SWT telah menciptakan bulan Ramadan khusus untuk kita, umatnya Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya ada 1 malam, yakni malam Lailatul Qadar, yang lebih utama daripada 1.000 bulan. Satu kali melakukan ibadah fardhu, maka pahanya seperti mengerjakan 70 ibadah fardhu. Kita melakukan ibadah sunnah-pun dicatat pahalanya seperti mengerjakan ibadah fardhu.
• 7 Amalan Utama yang Dilakukan Rasulullah SAW Saat Menyambut Hari Raya Idul Fitri
Dalam sebuah hadits dinyatakan:
يا أيُّها النَّاسُ قد أظلَّكم شهرٌ عظيمٌ ، شهرٌ فيهِ لَيلةٌ خَيرٌ من ألفِ شهرٍ ، جعلَ اللَّهُ صيامَهُ فريضةً ، وقيامَ لَيلِهِ تطَوُّعًا ، ومَن تقرَّبَ فيهِ بخَصلةٍ منَ الخيرِكانَ كمَن أدَّى فريضةً فيما سِواهُ ، ومَن أدَّى فريضةً كانَ كمَن أدَّى سبعينَ فريضةً فيما سِواهُ
Saudaruku, kaum muslimin dan muslimat! Wajar saja kalau kita punya rasa haru dan shaydu. Kita yang bergelimang doa ini, oleh Allah SWT masih diberikan kesempatan langka untuk menghirup dan bernafas di bulan yang suci. Sekalipun sepenuh hati kita mengakui, bahwa kita belum bisa manfaatkan waktu siang dan malam bulan Ramadan secara maksimal.
Kita hanya mengharapkan semoga puasa kita, qiyamul lail kita, bacaan Al-Qur’an kita, sedekah dan zikat kita, yang tak seberapa, dapat menebus dosa kita. Sebagai umat yang beriman kita yakin dan percaya apa yang sudah diterangkan di dalam Al-Qur’an:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
bahwa Allah itu dekat dengan diri kita. Apa saja yang kita mohonkan kepada Allah, maka pasti akan dikabulkan Allah SWT.
Oleh sebab itu, beruntunglah kita di pagi hari ini, datang berduyun-duyun dari tempat tinggal kita, menuju mesjid tempat yang suci ini untuk menjalankan salat Idulfitri secara berjamaah. Kita bermunajat untuk mengetuk bilik-bilik rahmat-Nya Allah SWT. Pada hari Sabtu tanggal 1 Syawal 1444 Hijriyah ini, kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan mengumandangkan takbir: “Allohu Akbar x3 wa lillahil hamd”.
Marilah Kita tanamkan bulat-bulat di dalam hati kita, bahwa ke depannya hidup kita akan menjadi lebih baik. Amal ibadah kita akan semakin meningkat sebagai manifestasi rasa syukur kita kepada Alloh SWT.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia ….
Selain kita bertekad untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah Yang Maha Pencipta, pada moment Idul Fitri kali ini, kita selayaknya juga memperbagus hubungan saudara, pertalian kerabat, dan interaksi sosial bermasyarakat. Dalam ajaran Islam telah diatur bahwa menjalin hubungan baik “Hablum minan-naas” sama pentingnya dengan “Hablum minallah”
Sebagai manusia yang tak luput dari salah dan alpa, baik kesalahan kita disengaja maupun tidak disengaja. Baik kepada keluarga, saudara, tetangga, maupun teman dan kerabat. Marilah kita perbaiki dengan bermaaf-maafan. Allah SWT telah berfirman dalam Surat An-Nuur ayat 22:
وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْا اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّ هُ لَكُمْ وَاللّ هُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“…Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
• Twibbon Idul Fitri 2024 Gratis! Cocok untuk Profil WhatsApp hingga Ucapan Selamat Lebaran 1445 H
Di samping itu ada juga satu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra:
قيل للنبى – صلى الله عليه وسلم – إن فلانة تقوم الليل وتصوم النهار وتفعل الخيرات وتتصدق وتؤذى جيرانها بلسانها فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – لا خير فيها هى من أهل النار
Artinya Baginada Nabi Muhammad pernah ditanya. Wahai Rasulullah! Sesungguhnya ada seorang perempuan yang rajin qiyamullail di amalm harinya, rajin puasa di siang harinya, rajin mngerjakan kebaikan dan bersedekah, akan tetapi dirinya menyakiti tetangganya dengan tutur katanya. Rasulullah menjawab: Tidak ada kebaikan padanya dan dia termasuk penghuni neraka. Na’uzdubillah min dzalik!
Jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia…
Kita semua tahu Allah itu al-Tawwab (Maha Penerima Taubat). Kasih sayang-Nya mengalahkan murka-Nya. Rahmat-Nya jauh lebih luas dari azab-Nya. Selama seorang hamba memohon ampun kepadaNya, Allah akan mengampuninya. Namun, manusia tidak seluas itu kasih sayangnya. Manusia tidak sedalam itu kewajarannya. Bisa dibilang manusia adalah mahluk yang paling susah meminta maaf dan memaafkan.
Karena itu, Rasulullah mengajari umatnya untuk menahan diri. Jangan mudah mengumbar kata; jangan gampang menyebar berita; jangan sering menghardik sesamanya. Karena Rasulullah tahu, ruang maaf manusia terbatas, tidak seluas dan sedalam Tuhannya. Mendapatkan maaf manusia jauh lebih berat dan susah. Belum lagi jika kita tidak merasa bersalah, tapi orang lain memendam kesal kepada kita. Mengetahui diri kita salah saja, kita masih enggan meminta maaf, apalagi tak merasa bersalah sama sekali.
Hadits di atas adalah contoh nyata. Seorang wanita ahli ibadah, rajin shalat malam, gemar berpuasa, banyak bersedekah dan beramal, tapi lidahnya selalu membawa rasa sakit bagi tetangganya. Rasulullah mengatakan: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka.” Artinya, amal ibadah yang tidak berbanding lurus dengan perilaku sosial yang baik, ibadahnya kekurangan makna.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim):
لا يَرْحَمُ اللَّهُ مَن لا يَرْحَمُ النَّاسَ
Artinya “Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia (lainnya).” (Imam al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, 1989, h.48)
Dalam riwayat lain dikatakan,
من لا يَرحم لا يُرحم
"orang yang tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi.”
Ini menunjukkan bahwa kasih sayang sesama manusia tidak kalah pentingnya dengan ibadah yang bersifat ritual, bahkan Allah, dalam hadits di atas, tidak akan mengasihi orang yang tidak mengasihi sesamanya. Hal ini berarti bahwa Allah menghendaki hamba-hambanya membangun dunia yang harmonis; menciptakan lingkungan yang sehat dari kebencian; membiasakan kepedulian; membudayakan sayang-menyayangi; mengembangkan “saling asa” dan “asuh”, serta hal-hal positif lainnya.
Allahu akbar x3 walillahil hamd
Kaum muslimin dan muslimat rohimakumullah
Pada prinsipnya dengan merayakan Idul Fitri, kita bersama-sama diajarkan untuk kembali kepada jati diri manusia. Kita ini makhluk yang sangat lemah, sehingga kita membutuhkan Allah Swt untuk bersandar di mana saja dan kapan saja. Allohus-shomad! Begitu Muliya-Nya Alloh SWT memperlakukan kita, maka sewajarnya kita patuh dan taat beribadah kepada Alloh.
Sebagai makhluk sosial, kita juga sangat butuh kerjasama dan bantuan sesama manusia, khususnya orang-orang terdekat kita. Hidup bermasyarakat adalah mutiara terpendam, seperti yang disabdakan Rasulullah: “Annaasu Ma’adinun”. Oleh sebab itu janganlah kita sia-siakan hubungan di antara kita. Janganlah diperpanjang masalah di antara orang-orang di sekitar kita! Sekarang kita mungkin beranggapan tidak membutuhkan, tapi suatu saat dan kapan saja kita akan memerlukan bantuan.
Marilah kita lapangkan dada kita agar kita semua menjadi golongan orang-orang yang kembali fitri dan menjadi orang-orang yang hidupnya bahagia. Minal Aidin wal faizin. Semoga Alloh menerima niat baik dan amalan kita, serta Alloh jadikan hari-hari kita selama setahun kedepan menjadi lebih baik. Taqabbalalohu minna wa minkum. Fi kulli ‘aamin wa antum bi khoir. Amiin, Amiin. Ya Robbal a’lamiin
• 25 Ucapan Selamat Idul Fitri 2024, Momentum Saling Berkirim Ucapan Salam dan Doa
Layakkah Kita Merayakan Kemenangan?
Khutbah II
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّ هِ اْلحَمْدُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الأَمِيْنِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ، القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Wasiat takwa senantiasa dan akan terus mengawali setiap khutbah. Karena dalam kehidupan abadi di akhirat kelak, tidak ada yang bermanfaat bagi kita kecuali takwa dan amal saleh. Untuk itu, mengawali khutbah yang singkat ini, kami berwasiat kepada kita semua agar senantiasa berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta'ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh larangan.
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Selama satu bulan penuh kita telah menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan. Selama menempuh pendidikan di Madrasah Ramadhan, kita tidak hanya dididik untuk memperbaiki hubungan dengan Allah ta'ala. Tapi juga dilatih untuk memperbaiki hubungan dengan sesama hamba.
Pada hari ini, di hari raya ini, kita semestinya merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di Madrasah Ramadhan. Kita rayakan keberhasilan kita menundukkan hawa nafsu. Kita rayakan kesuksesan kita mengalahkan tipu daya setan. Kita rayakan kemenangan karena kita telah melewati Ramadhan dengan berbagai ibadah dan kebaikan.
Di hari raya ini, kita juga semestinya merayakan kelulusan dari Madrasah Ramadhan dengan meraih predikat sebagai orang-orang yang bertakwa. Sebaliknya, jika keluar dari Madrasah Ramadhan kita belum menjadi pribadi yang bertakwa, belum berhasil menundukkan hawa nafsu dan masih kalah dengan tipu daya setan, pantaskah di hari yang fitri ini kita merayakan kemenangan? Layakkah kita berhari raya? Sejatinya, apa yang kita rayakan pada hari raya ini jika kita belum benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa?
Oleh karena itu, hadirin sekalian, marilah kita bermuhasabah. Kita introspeksi dan evaluasi diri kita. Apakah kita telah layak merayakan kemenangan di hari raya ini?
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia,
Ramadhan tiada lain adalah madrasah yang menempa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yaitu pribadi yang memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Pribadi yang melakukan kewajiban kepada sesama hamba dan kewajiban kepada Allah subhanahu wata'ala.
Ketika menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan, kita ditempa untuk menerima berbagai pelajaran. Di antaranya:
Pertama, takwa. Tujuan utama dari puasa adalah la'allakum tattaquun. Artinya, puasa Ramadhan diwajibkan agar menjadi wasilah bagi kita untuk meraih ketakwaan. Ketika berpuasa, kita mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan syahwat makan, minum dan syahwat-syahwat lainnya. Kita melakukan hal itu tiada lain karena kecintaan kita kepada Allah lebih besar daripada kecintaan kita kepada diri kita sendiri. Di bulan Ramadhan, kita dilatih untuk mempuasakan seluruh anggota badan semampu yang dapat kita lakukan. Mata berpuasa sehingga tidak melihat yang haram. Lisan berpuasa sehingga tidak mengucapkan perkataan yang diharamkan. Begitu pula, hidung, telinga, tangan, kaki dan sekujur badan ikut berpuasa sehingga tidak melakukan perkara-perkara yang diharamkan. Bahkan jika mampu, hati juga ikut berpuasa. Puasanya hati adalah mencegahnya secara total dari pikiran-pikiran duniawi dan segala hal selain Allah ta'ala.
Kedua, ikhlas. Yakni melakukan ketaatan semata-mata karena Allah. Puasa mengajarkan kepada kita keikhlasan dan menghindarkan diri dari niat ingin memperoleh pujian dari sesama. Puasa seorang mukmin adalah rahasia antara dirinya dan Allah. Tiada yang mengetahui puasanya kecuali Allah dan dirinya sendiri. Jika mau, sangat mudah bagi kita untuk melakukan hal-hal yang membatalkan puasa tanpa diketahui oleh orang lain lalu kita tampakkan seolah-olah diri kita masih berpuasa. Kenapa hal itu tidak kita lakukan? Karena niat kita lillaahi ta'aalaa, bukan karena yang lain dan tidak bertujuan memperoleh sanjungan dari sesama makhluk.
Ketiga, sabar. Di Madrasah Ramadhan, kita dilatih dan dididik untuk bersabar. Dengan berpuasa, kita belajar sabar dengan tiga jenisnya sekaligus: sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi musibah. Selama Ramadhan, kita bersabar dalam melakukan shalat-shalat fardlu maupun sunnah, sabar dalam membaca al Qur'an, sabar dalam beri'tikaf di masjid dan sabar dalam menjalankan berbagai amal kebaikan yang lain. Kita juga sabar dalam meninggalkan syahwat makan, minum, berhubungan badan dengan istri dan syahwat-syahwat lainnya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Kita juga dilatih bersabar dalam menghadapi rasa lapar dan rasa haus dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang tidak seberuntung kita.
Keempat, mujahadah. Puasa mengajarkan kepada kita untuk melakukan mujahadah, yaitu berjuang menghadapi hawa nafsu dan godaan setan dalam berbagai bentuknya.
Kelima, menjaga lisan. Puasa mengajarkan kepada kita untuk menjaga lisan jangan sampai mengatakan ucapan yang tidak diridlai Allah. Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ والعَمَلَ بهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طعَامَه وشَرَابَه(رواه البخاريّ)
Maknanya: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dosa dan perbuatan dosa, maka Allah tidak akan menerima puasanya" (HR al Bukhari)
Keenam, mengendalikan amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ (رواه الشيخان)
Maknanya: "Sesungguhnya puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa maka janganlah bersikap keji dan jangan bertindak bodoh, jika ada orang yang mengganggunya atau mencacinya maka hendaklah ia berkata: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa" (HR al-Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, menjaga persatuan, kebersamaan dan saling tolong menolong serta berempati kepada orang yang membutuhkan. Madrasah Ramadhan mengajarkan kepada umat Islam untuk bersatu dan saling tolong menolong. Tentu persatuan yang berlandaskan kesatuan akidah. Shalat tarawih berjamaah, tadarus al Qur'an bersama, berbuka puasa bersama di waktu yang sama, berbagi takjil di jalanan, i'tikaf bersama di masjid, kegembiraan menyambut hari raya yang sama, itu semua adalah jembatan yang menghubungkan antarhati yang sebelumnya mungkin saling membenci, perekat antarjiwa yang sebelumnya mungkin saling memusuhi serta wasilah yang mendekatkan antarwarga yang sebelumnya mungkin saling menjauhi. Lalu zakat di akhir Ramadhan adalah perwujudan dari semangat saling tolong menolong dalam kebaikan dan membantu saudara-saudara sesama muslim yang membutuhkan.
Kedelapan, menyambung dan mengokohkan tali silaturahim. Ada tradisi yang baik di kalangan kita menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, yaitu tradisi weweh, cinjo atau tinjo. Tradisi ini sejatinya diambil dari ajaran islam yang memerintahkan kita memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan dan bersilaturahim pada momen menjelang dan pada saat hari raya. Tradisi tersebut dilakukan dengan cara mengirim makanan, minuman, sembako atau kue hari raya kepada kerabat dan sanak saudara. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ (رواه الترمذي والنسائي)
Maknanya: "Sedekah kepada orang miskin adalah terhitung sedekah sedangkan sedekah kepada kerabat terhitung dua: sedekah dan silaturahim" (HR at Tirmidzi dan an Nasa'i)
• Tren Warna Baju Lebaran 2024 Wanita, 5 Ide Ini Cocok untuk Tampil Modis Hari Raya Idul Fitri 1445 H
Kesembilan, mengingat kematian dan kehidupan akhirat. Ada juga tradisi yang sangat baik yang biasa kita lakukan di akhir bulan Ramadhan, yaitu nyekar: ziarah ke makam keluarga yang telah meninggal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
زُوْرُوْا القُبُوْرَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ بِالْآخِرَةِ (رواه البيهقي)
Maknanya: "Lakukanlah ziarah kubur karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan kalian akan kehidupan akhirat" (HR al Baihaqi)
Hadirin yang mudah-mudahan ditinggikan derajatnya oleh Allah,
Itulah sembilan di antara sekian banyak pelajaran dari Madrasah Ramadhan. Jika seluruh pelajaran itu sudah berhasil kita terapkan di bulan Ramadhan, marilah kita mempertahankannya setelah kita meninggalkan Ramadhan. Jika kesembilan pelajaran itu telah menghiasi diri kita baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan, sungguh kita termasuk orang-orang yang mulia menurut Allah ta'ala. Alangkah indah dan bahagianya kita jika telah menjadi pribadi yang bertakwa, ikhlash dalam menjalankan ketaatan, selalu bersabar, kuat menundukkan hawa nafsu dan mengalahkan godaan setan, mampu menjaga lisan, dapat mengendalikan amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan, menjaga persatuan dan kebersamaan dengan saudara sesama muslim, senantiasa menyambung silaturahim, memperbanyak sedekah serta selalu mengingat kematian dan kehidupan akhirat. Lebih dari itu apalagi yang kita inginkan? Dengan menerapkan 9 pelajaran itu secara istiqamah, kita telah menjadi hamba yang diridhai Allah dan kelak kita akan meraih kebahagiaan yang sejati, hakiki dan abadi di akhirat.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah Idul Fitri pada pagi hari yang penuh keberkahan ini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kemampuan dan kekuatan untuk mengamalkan berbagai pelajaran dari Madrasah Ramadhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan mudah-mudahan kita diberikan panjang umur serta dipertemukan kembali dengan Ramadhan pada tahun yang akan datang.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ ه ذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
(*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News
Dapatkan Informasi Terkini dari Tribun Pontianak via SW DI SINI