Pada Januari 2023, majalah Time melaporkan bahwa OpenAI mempekerjakan karyawan yang berbasis di Kenya dengan upah yang rendah untuk memberi label pada teks.
Label tersebut diberikan untuk ujaran kebencian atau kata-kata kasar secara seksual.
OpenAI sendiri dilaporkan sudah memiliki pelatih AI yang tersebar di berbagai wilayah sebanyak 1.000 karyawan, mulai dari Eropa Timur hingga Amerika Latin.
Tiap pekerja memiliki tanggung jawab melabeli data (teks dan foto) serta melatih sistem AI terkait tugas-tugas teknik komputer.
Pekerjaan ini pada dasarnya tidak mudah dilakukan, tetapi disebut cukup menarik perhatian para pengusaha AI.
Maka dari itu, setiap perusahaan di industri serupa setidaknya mulai menerapkan pedoman yang baru ke dalam sistem perusahaan, sebelum merekrut para praktisi AI atau pekerja kontrak lainnya. (*)