Bersama-sama juga, sebagai Gereja peziarah pada waktunya, kita mengalami tahun liturgi dan Prapaskah di dalamnya, berjalan bersama mereka yang telah Tuhan tempatkan di antara kita sebagai sesama pengelana.
Seperti pendakian Yesus dan para murid ke Gunung Tabor, kita dapat mengatakan bahwa perjalanan Prapaskah kita adalah “sinodal”, karena kita membuatnya bersama di jalan yang sama, sebagai murid dari satu Guru.
Karena kita tahu bahwa Yesus sendiri adalah Jalan, dan karena itu, baik dalam perjalanan liturgis maupun dalam perjalanan Sinode, Gereja tidak melakukan apa-apa selain masuk lebih dalam dan sepenuhnya ke dalam misteri Kristus Sang Juru Selamat.
Dengan demikian kita sampai pada puncaknya.
Injil menceritakan bahwa Yesus “diubah rupa di hadapan mereka; wajahnya bersinar seperti matahari dan pakaiannya menjadi putih seperti cahaya” (Mat 17:2).
Ini adalah “puncak”, tujuan perjalanan tersebut.
Pada akhir pendakian mereka, saat mereka berdiri di puncak gunung bersama Yesus, ketiga murid diberi rahmat untuk melihatnya dalam kemuliaan-Nya, bercahaya dalam sinar adikodrati.
• Apa itu Aksi Puasa Pembangunan? Mengapa Ada APP Selama Puasa dan Pantang Katolik?
Cahaya itu tidak datang dari luar, tetapi memancar dari Tuhan sendiri.
Keindahan ilahi dari penglihatan ini jauh lebih besar daripada semua upaya yang dilakukan para murid dalam pendakian ke Gunung Tabor.
Selama pendakian gunung yang berat, mata kita harus tetap tertuju pada jalan setapak pendakian; namun panorama yang terbuka pada akhirnya membuat kita takjub akan kemegahan keagunganNya yang dikarunikan kepada kita.
Demikian pula, proses sinodal mungkin sering tampak sulit, dan terkadang kita menjadi putus asa.
Namun apa yang menanti kita pada akhirnya tidak diragukan lagi adalah sesuatu yang menakjubkan dan menakjubkan, yang akan membantu kita untuk lebih memahami kehendak Allah dan misi kita dalam melayani kerajaan-Nya.
Pengalaman para murid di Gunung Tabor semakin diperkaya ketika, di samping Yesus yang telah berubah rupa, Musa dan Elia muncul, masing-masing menandakan Hukum dan Para Nabi (bdk. Mat 17:3).
Kebaruan Kristus pada saat yang sama merupakan pemenuhan perjanjian dan janji kuno; itu tidak dapat dipisahkan dari sejarah Tuhan dengan umat-Nya dan mengungkapkan maknanya yang lebih dalam.
Demikian pula, perjalanan sinodal berakar pada tradisi Gereja dan sekaligus terbuka pada kebaruan.