TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan pendidikan itu sejak awal kemerdekaan diarahkan pada pemberantasan buta aksara. Sehingga orientasinya dari merdeka justru kebablasan sampai sekarang seolah-olah pemberantasan buta aksara yaitu pintar baca dan diganjar dengan lemparan lemparan ijazah.
"Itu harus diperbaiki paradigmanya bahwa literasi saat ini adalah kemampuan memproduksi barang dan jasa dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itu yang dimaksudkan manusia unggul dalam RPJM Presiden Jokowi - Ma'ruf Amin," ucapnya kepada wartawan usai Talk Show, Peningkatan Indeks Literasi Mayarakat (PILM), Selasa 28 Juni 2022.
Sebelumnya, Muhammad Syarif Bando juga turut menyaksikan peresmian Gedung Perpustakaan Daerah Sambas yang diresmikan Bupati Sambas Satono. Dia pun menandatangani prasasti Gedung Perpustakaan Daerah Sambas tiga lantai itu.
Muhammad Syarif Bando mengatakan pemerintah pusat mengapresiasi seluruh kemajuan yang dicapai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dibawah kepemimpinan Bupati Satono dan Wakil Bupati Fahrur Rofi serta seluruh masyarakat.
"Karena gedung perpustakaan yang kita resmikan mewakili perintah Presiden untuk pembangunan dimulai dari pinggiran, yaitu Sambas sebagai perbatasan dengan Malaysia bahwa itu adalah gedung termegah dan teristimewa yang kita resmikan," jelasnya.
• Gedung Perpustakaan Sambas Diresmikan, Kadis Perpustakaan Sebut Sangat Representatif
Dia berujar, Pusda Sambas menjadi satu satunya gedung perpustakaan yang memiliki lift dan lantai tiga di Kalimantan Barat.
Ia pun menyebut dukungan penuh dari Anggota Komisi X DPR RI dapil Kalbar, Adrianus Asia Sidot, kepada pemerintah daerah dalam hal ini Bupati Sambas sehingga bisa berkolaborasi dan banyak sekali program yang ada di pusat sampai ke daerah.
"Keempat, kami titip kepada Bupati untuk menjadikan Gedung Perpustakaan Daerah ini jadi ruang belajar terbuka terutama bagi masyarakat yang tidak mungkin lagi ikut pendidikan formal. Karena bangku terakhir bagi setiap orang dengan umur waktu dan kesempatan tidak mungkin lagi masuk pendidikan formal itu adalah perpustakaan umum," ucapnya.
Dia mengatakan ke depan harus ada regulasi Bupati dan DPRD Sambas untuk bagaimana setiap hari gedung ini ramai dikunjungi oleh masyarakat baik anak sekolah maupun kelompok, komunitas anak-anak petani dan pengrajin, kuliner serta sebagainya.
"Ini merupakan awal dari pada pengendalian ekonomi nasional pasca pandemi selalu diawali dengan produktifitas tentu hanya dimulai dengan home industri tetapi tanpa kehadiran buku-buku ilmu terapan bagaimana mengawali produksi. Sehingga Kita butuh sekali buku buku terapan, baik pengadaannya dari pusat," harapnya. (*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News