Kisah Warga Pontianak Mencari Minyak Goreng Subsidi

Penulis: Muhammad Luthfi
Editor: Hamdan Darsani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas warga di salah satu toko klontong, Pasar Flamboyan, Jl. Gajah Mada, Kota Pontianak, Senin, 21 Februari 2022.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kenaikan harga komoditas, Minyak Goreng (Migor) terjadi di seluruh wilayah Indonesia, khususnya Kalimantan Barat, yang sudah mulai naik harga, pada akhir tahun 2021.

Untuk mengurangi beban masyarakat, Pemerintah bertindak cepat dengan mengeluarkan peraturan terkait pengadaan Minyak Goreng harga subsidi.

Berdasarkan peraturan Menteri Perdagangan No. 3 Tahun 2022, tentang penyediaan minyak goreng kemasan untuk kebutuhan Masyarakat Indonesia.

Peraturan yang sudah mulai berlaku sejak 19 Januari 2022 lalu, hingga enam bulan kedepan ini, menetapkan harga minyak goreng pasaran, khususnya retail modern dan pasar tradisional, dengan tarif harga Rp. 14.000 perliter. 

Cerita dan Kisah Warga Pontianak Saat Beraktivitas di Masa Pandemi

Dari pandangan umum terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok yang wajib ada di dapur ini, tentunya memberatkan masyarakat. Bantuan terhadap minyak goreng subsidipun ternyata masih cukup sulit di temukan di lapangan.

Dua di antara warga Kota Pontianak, memberikan kisahnya saat mencoba mencari minyak goreng kemasan subsidi di lapangan. 

Ulan, Ibu muda satu anak yang tinggal di Jl. Ampera, Kota Pontianak, mengatakan, bahwa ia kesulitan untuk menemukan minyak goreng subsidi, jika pun ada harus mengantri terlebih dahulu. 

“Sangat, masih kalau pun ada minyak nya, beli nya masih pake antri. Bahkan ada salah satu toko yang mengharuskan belanja dulu minimal 10ribu di toko itu, baru boleh beli minyak goreng subsidi,” jelasnya, Minggu, 6 Maret 2022.

Ulan juga menuturkan, pernah dirinya meniatkan untuk mencari minyak goreng subsidi dengan berkeliling di toko-toko yang memiliki potensi menjual minyak goreng subsidi.

“Mutar-mutar toko, bahkan kalau ada ketemu dengan sales Migor, saya tanya,” ungkapnya.

Karena sulitnya menemukan minyak goreng subsidi, ia akhirnya membeli minyak goreng dengan harga non subsidi. Menurutnya, minyak goreng adalah kebutuhan yang wajib ada di dapur.

“Mau tidak mau lah beli yg mahal, mana gak kita mau nunggukan kan yang subsidi, lalu tidak masak, mau mutar-mutar lagi makan bensin lagi,” katanya.

Satu di antara warga lainnya, Eni, menuturkan dirinya selalu kehabisan stok saat hendak membeli minyak goreng subsidi.

“Kehabisan terus saat saya mau beli, kata penjualnya walaupun stok datang 20 dus, habis begitu saja minyak goreng subsidinya,” ucapnya.

Ia menambahkan, sangking inginnya ia mendapatkan minyak goreng harga subsidi, dirinya mau membayar terlebih dahulu kepada pemilik toko sembako yang menyiapkan harga minyak goreng subsidi.

“Toko sembako depan pasar swadaya Jl. Sei Raya Dalam, pernah saya sangking penasarannya kok tidak pernah dapat-dapat, saya mau bayar dulu, tapi abangnya menolak, katanya tidak bisa, memang harus beli di tempat,” ujarnya.

Ibu rumah tangga yang tinggal di Jl. Sei Raya Dalam ini menuturkan, karena sulit mendapatkan minyak goreng subsidi, akhirnya ia memutuskan untuk beli di warung di depan komplek ia tinggal, seharga Rp. 20.000 perliter.

“Ya mau bagaimana lagi, di cari juga sulit. Akhirnya saya beli di warung toke depan komplek saja, Rp. 20.000 perliter,” pungkasnya. (*)

[Update Informasi Seputar Kota Pontianak]

Berita Terkini