Hal tersebut dibenarkan oleh PVMBG. Kepala Subbidang Mitigasi Gunung api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Nia Haerani, menyebut bahwa Anak Krakatau tidak memiliki potensi untuk erupsi dengan kekuatan sebesar itu.
"Tidak ada potensi besar seperti tahun 1883, karena saat ini bentuk gunung api serta energi erupsi tidak sebesar tahun 1883," kata Nia saat dihubungi Kompas.com, Minggu 6 Februari 2022.
Nia menjelaskan, pada tahun 1883 sebenarnya bukan ada beberapa gunung yang meletus bersamaan, hanya ada satu.
"Gunungnya satu (Krakatau), ada 4 kawah yang ada di tubuh Gunung Krakatau saat itu, titik erupsi berasal dari salah satu kawah," jelas Nia.
• Kondisi Terkini Pasca Letusan di Gunung Anak Krakatau - Warga hingga Wisatawan Dilarang Mendekat
Sementara untuk Anak Krakatau, saat ini gunung tersebut hanya memiliki satu buah kawah saja.
Dan jika berbicara konteks saat ini, Nia mengatakan bahwa Anak Krakatau juga tidak berpotensi memicu gelombang tsunami.
"Untuk saat ini potensi tsunami tidak ada, karena tubuh gunung api berbeda dengan kondisi tahun 2018 (saat erupsi dan sebabkan tsunami banten), di mana ketinggian puncak mencapai 300 meter," ungkap Nia.
"Saat ini, tubuh Anak Krakatau tingginya masih di bawah 100 meter," pungkasnya menutup penjelasan.
(*)