Biografi Syaikh Abdur Rauf As-Singkili: Mufti Kerajaan Aceh yang Punya Karya Tafsir, Fiqh dan Hadits

Editor: Nasaruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Syaikh Abdur Rauf as-Singkili.

Diantara karyanya yang banyak menyita perhatian dan penelitian adalah tafsirnya, Tarjmanul Mustafid.

Karya ini mendapat banyak perhatian karena tercatat sebagai karya tafsir pertama di Nusantara yang ditulis secara lengkap menggunakan bahasa Melayu.

Popularitas tafsir ini tidak hanya di Nusantara, namun junga menjangkau Negara-negara lain.

Edisi cetak tafsir ini misalnya dibuat di Singapura, Penang, Bombay, Istambul Turki, Kairo, dan Makkah.

Di Istanbul karya ini diterbitkan oleh Matba’ah Al-Usmaniyah tahun 1884.

Sementara di Kairo dicetak oleh Sulaiman al-Maragi.

Adapun di Mekkah diterbitkan oleh penerbit Al-Amiriyah dan di Jakarta sendiri baru dicetak tahun 1981.

Sacara garis besar, Tarjmanul Mustafid disusun menggunakan metode tahlili yakni dengan menjelaskan kandungan ayat secara berurutan sesuai dengan ayatnya.

Rujukan yang dipakai pada Tarjumaul Mustafid adalah Tafsir Baidhawi, Tafsir Jalalain, dan Tafsir al-Khazin.

Pada setiap permulaan surah, Syekh Abdur Rauf menjelaskan terlebih dahulu nama surah, jumlah ayat, tempat turun, asbabun nuzulnya, hingga penjelasan tentang bacaan imam Qiraat, baru kemudian kandungannya.

Dalam menyusun tafsir ini Syekh Abdur Rauf tidak terpaku pada satu corak tertentu seperti fikih atau taswuf, tapi berupaya menggunakan corak yang umum yang disesuikan dengan kandungan ayatnya.

Uraian dalam tafsir ini dibuat menggunakan pejelasan yang singkat dan padat, dan dibuat secara beruturatan sehingga memberikan kemudahan tersendiri bagi para pemabacanya.

Syekh Abdur Rauf as-Singkili meninggal dunia tahun 1693 pada usia 73 tahun.

Ia dimakamkan di Kuala Aceh, Desa Raya, Kecamatan Kuala di sebelah masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh.

Untuk mengenang jasa besarnya, sebuah universitas di Banda Aceh dibangun menggunakan nama kebesarannya.

Sumber: Buku SKI Kelas IX Mts, Kemenag

Berita Terkini