Sunan Bonang dan Peran Pentingnya dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Penulis: Nasaruddin
Editor: Nasaruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Sunan Bonang.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sunan Bonang nama aslinya adalah Mahdum Ibrahim.

Sunan Bonang adalah putra keempat Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Nyi Ageng Manila, putri Arya Teja, Bupati Tuban.

Sunan Bonang diperkirakan lahir pada tahun 1465.

Silsilah keluarganya bersambung dengan Rasullah SAW lewat ayahnya, Sunan Ampel, sampai ke Saidina Husein bin Ali dan Fatimah putri
Nabi Muhammad SAW.

Raden Mahdum Ibrahim belajar ilmu agama langsung kepada ayahnya, Sunan Ampel.

Biografi Sunan Giri Wali Songo, Bagaimana Peran Sunan Giri dalam Mengembangkan Islam di Indonesia?

Belajar agama di Pesantren Sunan Ampel bersama Raden Paku, Raden Patah dan Raden Kusen.

Ia juga mengeyam pendidikan agama di Aceh, berguru kepada Syekh Maulana Ishak sewaktu singgah akan melakukan perjalanan haji ke tanah suci Makkah.

Kecendrungan terhadap seni dan sastra membuatnya banyak belajar kesenian dan budaya Jawa, tentang kesusatraan Jawa, tembang-tembang jenis macapat yang populer masa itu kepada ibunya, seorang putri Bupati Tuban yang banyak memahami sastra Jawa.

Mengawali dakwahnya, Raden Mahdum Ibrahim memasuki pedalaman Kediri, Jawa Timur, dengan mendirikan langgar (mushola) di tepi barat sungai Brantas, desa Singkal, Kabupaten Nganjuk.

Bukti-bukti Sejarah Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

Gaya dakwah yang keras di awal dakwahnya, seperti merusak arca yang dipuja penduduk, menimbulkan konflik dan banyak tokoh yang
memusuhi Sunan Bonang, terutama tokoh-tokoh ajaran Bhairawa-Tantra, Ki buto Lucoyadan dan Nyai Plencing.

Dakwah Sunan Bonang belum mencapai keberhasilan, karena masyarakat Kediri masih belum menerima Islam hingga datang masanya Sunan Prapen tahun 1551 M.

Kegagalan dakwah Sunan Bonang di Kediri, mengantarkannya pindah ke Demak atas panggilan Raja Demak, Raden Patah, yang mengangkatnya sebagai imam Masjid Demak.

Namun tidak lama kemudian ia melepaskan jabatan sebagai imam, kemudian pindah ke Lasem dan mendirikan sebuah zawiah, tempat khusus untuk beribadah dan digunakan juga oleh para pengamal tasawuf sebagai tempat khalwat (menyendiri).

Kemudian pada usia 30 tahun, Sunan Bonang dijadikan Wali Negara Tuban yang mengurusi berbagai hal yang menyangkut agama Islam.

Bagaimana Peran Penting Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia?

Sunan Bonang dikenal sebagai penyebar Islam yang mengusai ilmu fikih, usuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur dan ilmu bela diri atau silat.

Keluasan ilmunya dapat dilihat dari buku-buku sumber yang yang dijadikan rujukan dalam menulis Naskah Primbon Bonang.

Naskah ini berisi ajaran tasawuf yang bersumber dari kitab-kitab klasik karangan ulama-ulama Sufi, seperti Imam Gazali, Abu Thalib Al-Makki, dan ulama-ulama lainnya.

Kemampuan Sunan Bonang sebagai dalang pertunjukan wayang, memberikannya kesempatan menyisipkan dakwah Islam melalui seni yang digemari penduduk pada zamannya.

Ia mencoba menyempurnakan susunan musik gamelan dan menambahkan irama-irama lagu.

Selain sebagai tokoh penyebar Islam, Sunan Bonang juga dikenal sebagai orang yang sangat pandai mencari sumber air di tempat-tempat sulit air.

Masyarakat mengenalnya tokoh yang punya banyak kelebihan.

Sementara “kesaktian” yang ditunjukkan Sunan Bonang sebenarnya adalah karamah yang diberikan Allah SWT hidup tidak menikah atau membujang hingga akhir hayatnya.

Sunan Bonang diperkirakan wafat tahun 1525 M, di makamkan di Tuban, sebelah barat alun-alun kota Tuban.

Peran Sunan Bonang dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Dalam melakukan dakwah Islam di daerah Jawa, Sunan Bonang punya peran penting dalam pengembangan syiar Islam, yaitu:

1. Mengembangkan dakwah Islam lewat seni dan budaya

Alat musik bonang selalu digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang.

Alat ini juga digunakan oleh aparat desa untuk mengumpulkan warga jika ada informasi yang disampaiakan kepada masyarakat.

Kondisi masyarakat yang menyukai pertunjukan wayang dimanfaatkan Sunan Bonang untuk menarik simpati masyarakat memeluk Islam dengan memasukkan pesan-pesan dakwah Islam dalam pertunjukan.

Keahlian dan kemampuan Sunan Bonang memahami sastra jawa dan tampil sebagai dalang, turut berperan melakukan penyempurnaan dalam bertunjukan sebagai berikut:

a) meyempurnakan susunan gamelan

b) menambahkan lagu-lagu,

c) menambahkan ricikan, seperti ricikan kuda, gajah, harimau, garuda, kreta perang, dan rampongan)

d) menggubah tembang-tembang Jawa dan membuat berbagi jenis gending.

e) Penemu alat musik bonang

2. Memasukkan nilai-nilai keislaman pada tradisi masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa mengenal ritual pancamakara dalam ajaran tantrayana, yaitu sebuah upacara yang dilakukan dengan duduk mengelilingi makanan.

Di tengah-tengah duduk seorang Cakreswara (imam) sebagai pemimpinya membacakan mantra-mantra.

Melihat tradisi yang dilakukan masyarakat saat itu, Sunan Bonang mengisi tradisi ini dengan upacara kenduri atau selamatan dengan doa-doa Islam.

Sebutan Anyakrawati (pemimpin lingkaran cakra) diberikan kepada Sunan Bonang karena ikut meneruskan tradisi dan mengubah isinya bernilai ajaran Islam.

3. Menyebarkan dakwah melalui karya Sastra Suluk Wujil

Naskah Primbon adalah tulisan Sunan Bonang, memuat ajaran tasawuf yang mendalam.

Tulisan ini merupkan hasil bacaannya yang bersumber dari kitab-kitab klasik, berisi ajaran Islam dan nasehat-nasehat para ulama yang merujuk tulisan ulama sebelumnya, seperti kitab Ihya’ Ulumuddin, karya Imam Al-Gozali, kitab Talkhis Al-Minhaj karangan Imam Nawawi, dan kitab-kitab lainnya.

Selain itu, Sunan Bonang juga menulis tentang pengetahuan taswuf yang lebih mendalam yaitu karyanya berjudul Suluk Wujil, yang ditulis dalam sastra Jawa, berbentuk tembang.

Karya ini masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

Sumber: Buku SKI Kelas 6 MI

Berita Terkini