200 Pimpinan Muhammadiyah se-Kalbar Ikuti Rapimwil secara Virtual

Penulis: M Arief Pramono
Editor: Arief
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat menggelar Rapimwil Muhammadiyah se-Kalimantan Barat yang berlangsung secara virtual melalui Zoom teleconference video, Sabtu (5/9).

PONTIANAK - Di tengah pandemi Covid-19, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Barat menggelar Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) Muhammadiyah se-Kalimantan Barat pada Sabtu (5/9/2020).

Namun rapimwil ini tidak digelar secara langsung, melainkan secara virtual melalui Zoom teleconference video. Rapimwil diikuti sekitar 200 pimpinan Muhammadiyah di berbagai tingkatan se-Kalimantan Barat.

Rapimwil Muhammadiyah mengangkat tema "Meneguhkan Pengabdian Muhammadiyah yang Berkemajuan di Era Pandemi Covid-19".
Rapimwil dibuka Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Mu'ti yang juga hadir secara virtual dari Jakarta.

Pada kesempatan ini, Ketua PWM Kalbar Dr Pabali Musa mengajak warga Muhammadiyah tidak hanya bergerak dalam tataran idealisme. Segala ide-ide yang muncul dalam berorganisasi, hendaknya juga diwujudkan pada tataran praksis.

Kemudian ia menilai bahwa pandemi yang sedang dihadapi saat ini adalah sebuah musibah. "Ini ujian yang luar biasa dari Allah," katanya.

Ia mengatakan bangsa Indonesia harus mampu melewati ujian ini, di antaranya dengan konsisten menerapkan protokol kesehatan dan memperkuat daya tahan tubuh.

Upaya yang juga tidak boleh dilupakan, kata Pabali Musa, adalah memperkuat ruhani. Dengan jasmani dan ruhani yang kuat, ia berharap pandemi Covid-19 ini mampu dilewati bersama.

Sementara Sekretaris PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu'ti mengatakan kalau Muhammadiyah harus senantiasa eksis dan berkembang.

"Yang terpenting harus lebih berdaulat dalam berdakwah dan mengelola amal usaha," katanya.

Secara khusus, Abdul Mu'ti menyampaikan keprihatinan atas banyaknya korban Covid-19. Termasuk di dalamnya ada dokter dan perawat yang gugur akibat Covid-19.

"Di rumah sakit Muhammadiyah ada juga dokter dan perawat senior yang wafat," ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Selain itu, yang tidak boleh diabaikan adalah dampak dari Covid-19 di berbagai bidang antara lain sosial, ekonomi, hingga politik.

Ia mencontohkan di bidang sosial dan ekonomi, Covid-19 telah memicu PHK hingga terjadinya perceraian. "Angka perceraian meningkat di masa Covid-19," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, perceraian akan punya dampak berikutnya terhadap keutuhan keluarga. "Anak-anak dengan single parent akan punya masalah psikologis yang tidak mudah," katanya.

Dengan berbagai dampak yang ditimbulkan, Abdul Mu'ti mengajak masyarakat untuk tidak menganggap Covid-19 sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.

Sebab jika terus terjadi, segala dampak itu akan berujung pada krisis bangsa. "Kita harus punya komitmen kebangsaan agar krisis tidak terjadi," ujarnya. (*)

Berita Terkini