TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kisah inspiratif datang dari seorang relawan asal Kalimantan Barat (Kalbar), yang saat ini tengah bertugas di Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat.
Ahmad Ramdhani, pemuda 24 tahun asal Jalan Pelita 1 Punggur Kecil, Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya (KKR), Kalbar.
Kepada Tribunpontianak.co.id, Sabtu (18/4/2020) malam WIB, anak ke empat dari lima bersaudara ini berbagi kisah setelah 15 hari menjalankan tugas mulianya di rumah sakit darurat tersebut.
Ahmad Ramdhani tergabung dalam Kelompok C yang mendapat tugas keperawatan di Lantai 27.
Lantai ini dihuni mayoritas pasien Warga Negara Asing (WNA) seperti Bangladesh, Arab Saudi, India, Pakistan, dan sebagian pasien asal Indonesia.
Sebelum menunaikan tugasnya di RSDC, Alumnus Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut harus melalui sejumlah syarat.
• UPDATE CORONA KALBAR-Midji Bersyukur Tak Ada Tambahan Positif Covid-19, Tapi Reaktif Melonjak 196
“Saya mendaftarkaan diri jadi relawan 20 Maret namun baru bisa berangkat 31 Maret 2020. Tujuan saya mengambil bagian berjuang menuntaskan bencana terbesar yang luar biasa ini. Saya berangkat dengan optimisme dan pastinya menggunakan biaya pribadi,” kata Ahmad Ramdhani mengawali kosahnya.
Setibanya di Jakarta, lulusan SDN 01 Punggur Kecil ini langsung menuju Posko Relawan di Hotel Media and Tower untuk registrasi sekaligus menunggu arahan dan medical check up.
Pada 1 April Ramdhani pun menjalani medical check up.
“Setelah medical check up saya kira langsung terjun ke Rumah Sakit Darurat Corona, tenyata saya harus menunggu hingga hari berikutnya untuk menunggu hasil medical check up tersebut apakah saya layak atau tidak menjadi relawan, karena ada juga relawan yang unfit dan dikembalikam lagi ke daerah asal,” kata Ramdhani.
Pada 2 April, ia pun berangkat ke Wisma Atlet Jakarta.
Namun setibanya di sana lagi-lagi anak pensiunan guru ini tidak langsung bertugas, tetapi harus melakukan rapid test terlebih dulu.
Kemudian ia mengikuti pembekalan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, tata cara penggunaan dan pelepasan Alat Pelindung Diri (APD) serta mempelajari sistem IT yang digunakan di bangsal.
“Jadi, untuk masuk ke RSDC ini sangat ketat dan harus sedikit bersabar. Tanggal 4 saya baru bisa terjun dan bertugas tergabung dalam Kelompok C. Hari pertama mendapat tugas shif siang dari pukul 14.30-22.30,” kata lulusan SMP Karya Nyata Sungai Kakap tersebut.
• PUJI Gubernur Ridwan Kamil, Pengamat: Tak Ada Pusaran Ingin Membenturkan Dirinya dengan Pusat