SERU! Siaran Langsung ILC tvOne, Tema: Apa dan Siapa yang Radikal? Sasar Celana Cingkrang & Cadar
ILC - Siaran Langsung Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne Selasa (5/11/2019) malam ini dengan tema yang dibahas 'Apa dan Siapa Yang Radikal?' diprediksi berlangsung seru.
Live Streaming ILC tvOne dijadwalkan akan dimulai pukul 20.00 WIB.
Live streaming ILC dapat di akses melalui tautan berikut
Tema ILC TVOne disampaikan Karni Ilyas melalui Twitter @karniilyas.
"Dear Pecinta ILC: Diskusi kita Selasa Pkl 20.00 WIB besok berjudul "Apa dan Siapa Yang Radikal?" Selamat menyaksikan," tulis Karni Ilyas di akun twitternya @karniilyas.
"Stempel radikal semakin liar, menyasar mereka yg bercelana cingkrang & bercadar. Meski istilah radikal sdh disubtitusi menjadi manipulator agama oleh Presiden Jokowi, namun stigma tersebut kadung membuat sakit hati," tulis akun ILCTV1.
ILC edisi Selasa 5 November 2019 akan menghadirkan bintang tamu Komjen Pol. Suhardi Alius, Fachrul Razi, Din Syamsuddin, Tengku Zulkarnaim, dan DR Bahtiar.
Mengganti istilah radikalisme menjadi manipulator agama
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menegaskan radikalisme tidak tertuju pada kelompok agama tertentu.
Siapapun yang ingin melawan ideologi negara, bisa masuk dalam kategori radikalisme.
Bahkan Mahfud sampai mengusulkan istilah "manipulator agama", lantaran sebutan radikalisme kerap diidentikan dengan agama tertentu.
Dilansir dari tayangan yang diunggah kanal YouTube KompasTv, Jumat (1/11/2019), Mahfud MD menejelaskan mengenai konsep radikalisme.
Pertama, menyangkut subjek radikalisme yang mana bukan dari penganut agama tertentu.
Meskipun kebetulan kebanyakan pelakunya adalah orang penganut agama tertentu.
Tetapi dalam proses di pengadilan, bukti jelas bahwa telah melakukan tindakan yang disebut radikal atau penganut paham radikalisme.
Kedua, karena subjeknya tidak tertuju pada penganut agama tertentu maka perlu dicari sebutan lain.
"Kemarin presiden mengusulkan, meskipun tidak menjadi keputusan tetapi sekadar memberi ilustrasi," ujar Mahfud.
"Presiden mengatakan bahwa penganut radikal memang bukan agama tertentu sehingga mungkin perlu dicari sebutan lain."
"Sebutan lain itu misalnya, manipulator agama," tutur Mahfud.
Mahfud menjelaskan bahwa radikalisme merupakan paham yang berpandangan bahwa sistem bernegara salah sehingga harus dibongkar dari akarnya.
Penganut paham radikalisme juga melawankan ideologi negara dengan alternatif ideologi lain yang bertentangan dengan ideologi bangsa.
Paham radikalisme dalam tahapan tindakan bisa berupa tindak kekerasan atau membangun permusuhan dengan orang lain.
Mahfud menambahkan, bentuk radikalisme di dalam agama antara lain berupa takfiri (kelompok yang selalu mengkafirkan orang lain yang berbeda dengan dia).
Rocky Gerung Bintang ILC TV One Ditolak Kampus karena Bahas Radikalisme
Sementara itu, pengamat politik yang juga bintang ILC TV One Rocky Gerung mengungkap dirinya sempat ditolak beberapa kampus.
Hal itu diungkapkan ketika Rocky Gerung menjadi bintang tamu di acara Sarinya Berita channel YouTube realita TV pada Jumat (1/10/2019).
Menurut penuturan Rocky Gerung, padahal dirinya hendak memberikan pengajaran di kampus untuk memerangi pikiran radikalisme melalui dialog.
"Kalau kampus terpapar radikal maka terapinya adalah criticism (pemikiran kritis) kalau dia didoktrin maka dia harus diubah dengan dokumentasi rasional kan," kata Rocky Gerung.
Pengamat politik Rocky Gerung menjelaskan, dirinya bermaksud untuk membongkar pikiran seseorang yang terpapar radikalisme.
"Oke, saya datang ke kampus untuk mengucapkan argumentasi rasional, jadi saya berupaya untuk membongkar di mana radikalisme bersembunyi melalui dialektika pikiran itu, argumen," jelasnya.
Bahkan, pria lulusan Universitas Indonesia ini mengaku sudah ditolak oleh beberapa kampus.
"Saya ditolak dari kampus, sudah tiga ke provinsi nolak saya digembokkin," katanya.
Kemudian, Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga hadir pada acara itu, Azyumardi Azra menilai orang yang sudah terpapar radikalisme sangat sulit diajak berdiskusi lagi.
"Tapi biasanya begini Bung Rocky, mahasiswa-mahasiswa yang sudah terpapar dan apalagi menjadi die hard, ya die hard radical dengan ide khilafah dan biasanya tidak mau dialog atau mempersoalkan itu," ucap Azyumardi Azra.
Pengamat politik Rocky Gerung menjawab, jika pemerintah berpikiran demikian maka itu salah.
Menurutnya, pemikiran Radikalisme bisa diperangi dengan wacana kritis.
"Ya berarti pemerintah salah terapi kan kan kalau universitas terapinya dengan anti radikalisme apa itu critical discourse (wacana kritis)," tegas Rocky Gerung.
Namun, menurut keterangannya ia ditolak beberapa kampus lantaran dituduh akan melakukan provokasi.
"Saya mau ngajarin critical discourse, dia bilang jangan enggak boleh ke situ, karena saya akan provokasi," kata dia.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Ade Armando mengungkap persetujuannya dengan pengamat politik, Rocky Gerung.
Pengamat politisi Rocky Gerung mengakui dirinya memang akan memprovokasi, namun memprovokasi dalam arti lain.
Ia ingin tahu mengapa doktrin radikalisme bisa hingga pada para akademisi.
"Memang saya bilang mau provokasi pikirannya supaya kita bisa bongkar mengapa doktrin itu bisa masuk pada seorang akademisi."
"Tapi terapinya dihalangi, kan d*ngu," ucap Rocky Gerung.
Sehingga, Rocky Gerung menilai pemerintah tak bisa memerangi radikalisme dengan benar.
Menurutnya, memerangi radikalisme dengan dialog adalah hal yang tepat.
"Pemerintah enggak tau caranya kan, kan ini di universitas, satu-satunya terapi universitas critical discourse," katanya.
"Karena itu di dalam kepala, kalau kita bongkar kepalanya kita bisa kelihatan kenapa bisa bersembunyi apa karena social injustice (ketidakadilan sosial) apa karena psikologinya," sambung Rocky Gerung.
Pengamat politisi Rocky Gerung Ungkap Pesantren Ngruki Undang Dirinya setelah Ditolak 6 Kampus
Pengamat Politik, Rocky Gerung turut berkomentar soal fokus pemerintah yang ingin memberantas Radikalisme.
Hal itu disampaikan Rocky Gerung saat menjadi bintang tamu di acara Rosi Kompas TV pada Kamis (31/10/2019).
Menurut Rocky Gerung tidak ada yang perlu ditakutkan dari ide Radikalisme.
Pasalnya, ide Radikal bisa dicegah dengan kritisisme.
"Apa yang ditakutkan dari radikal saya terusin sekali lagi, ide radikal itu bisa dibatalkan oleh ide kritisisme," kata Rocky Gerung dikutip TribunWow.com dari Kompas TV .
Kemudian, Rocky Gerung menyinggung kampus-kampus di Indonesia dianggap menjadi awal ide Radikalisme.
Namun, ia justru ditolak oleh beberapa kampus.
Padahal, Rocky Gerung mengatakan dirinya hendak ke kampus justru akan mencegah ide Radikalisme dengan kritisisme.
"Nah di kampus radikalisme dianggap bersemayam di situ, sebulan ini saya enam kali dilarang masuk kampus."
"Padahal saya mau mengucapkan critical discourse (Wacana Kritis)." kata Rocky Gerung.
Pengamat politik 60 tahun tersebut menyayangkan, dirinya yang dicegah masuk kampus.
Padahal ia ingin membuat dialog bantahan yang membahas tentang Radikal.
"Kalau pemerintah mau mencegah radikalisme kasih pikiran kritis, makanya saya ke kampus, kampusnya digembok, Rocky Gerung tidak boleh masuk."
"Padahal saya mau membantah itu, supaya ada dealetika dalam pikiran. Kasih outlet Radikalisme itu," ungkapnya.
Kemudian, Rocky Gerung mengatakan Pesantren yang selama ini dituding menjadi sarang gerakan teroris yakni Pesantren Ngruki di Solo justru mengundangnya.
Pesantren Ngruki ingin menggelar debat terbuka dengan Rocky Gerung demi pencegahan Radikalisme.
"Yang terima saya itu justru Pesantren Ngruki yang dianggap sarang teroris," ucap Rocky Gerung.
"Justru mereka harus diajak berdebat?," ucap Rosi mengonfirmasi.
Pengamat politik Rocky Gerung bahkan menilai Pesantren Ngruki jauh lebih terbuka pikirannya dibanding Istana.
"Dia minta ke situ untuk berdebat jadi lebih terbuka pikiran Ngruki dari pikiran Istana dalam soal teoris Radikalisme itu," sambung Rocky Gerung.
Kemudian Rocky Gerung meneruskan argumennya mengapa pemerintah fokus pada masalah Radikalisme.
"Jadi soal-soal semacam itu tuh, saya gabung aja dengan pembicaraan maaf saya bisa teruskan," kata Rocky Gerung meminta izin terlebih dulu Rosi.
"Ya bisa sedikit saja," kata Rosi.
Ya Rocky Gerung menilai, isu Radikalisme muncul lantaran pemerintah ingin menutupi masalah ekonomi yang tidak baik-baik saja.
Hal itulah yang membuat Rocky Gerung ingin memprotes fokus pemerintah pada Radikalisme.
"Idenya sebetulnya karena pemerintah gagal untuk menghasilkan keadilan dan kesejahteraan dia mulai ceramahin Radikalisme, ceramahin stabilitas nasional segala macem," kata Rocku Gerung.
"Jadi omong kosong itu yang mau saya bongkar. Lain kalau keadaan ekonomi baik-baik saja enggak ada tuh diskusi Radikalisme," imbuhnya.