"Mana yang lebih berbahaya, pengedar sabu-sabu apa pembakar hutan?," katanya.
"Pembakar hutan," kata jemaah, kompak.
"Nah itulah jawabannya," kata UAS.
Kalau pengedar sabu-sabu, yang mati, yang sakaw hanya orang beli sabu-sabu.
"Tapi yang membakar hutan, bayi-bayi kena ISPA. Tadi di berita masuk ke FB orang utan pun jadi korban. Ular sama anak, sama cucu ular mati. Bayangkan itu, Ini kejahatan luar biasa," katanya.
UAS menegaskan, pelaku pembakar lahan bukan perorangan.
Sebab dari dulu nenek moyang kita kalau mau nanam padi memang bakar hutan.
"Tapi kenapa tak ada berasap zaman dulu? Karena ini pembakarnya adalah corporate korporasi. orang orang yang memang jahatnya luar biasa," katanya.
"Tak bisa dilawan dengan Istisqa. Harus dilawan dengan penegakan hukum yang tegas," pungkasnya.
Korban Kabut Asap
Ustadz Abdul Somad termasuk satu di antara warga Indonesia yang menjadi korban kabut asap.
Bukan hanya harus menghirup udara yang berpolusi, kabut asap juga membuat Ustadz Abdul Somad batal mengisi kajian di Anambas, Kepulauan Riau.
Hal itu disampaikan UAS melalui akun Instagram resminya, Ustadz Abdul Somad Official.
Sembari mengunggah foto dirinya dengan latar belakang pesawat, Ustadz Abdul Somad menyampaikan bahwa batalnya terbang dari Batam ke Anambas, karena jarak pandang di Letung.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
.
.
Sahabat UAS
.
Batal terbang dari Batam ke Anambas, karena jarak pandang di Letung. Pelajaran, tahun depan bulan-bulan segini jadwal tausiyah yang bisa ditempuh sepeda motor aja. Tapi untuk lebih konkritnya, semoga para pembakar hutan ngasi jadwal pembakaran hutan.