"Mungkin sudah bawaan kecil. Saya dari SD tertarik politik, saya sering ikut kampanye. Makanya masuk kuliah saya banyak ikut organisasi internal kampus. Di kampus nyalonin ketua BEM dan lainnya," ujar Rey kepada Kompas.com, Selasa (3/9/2019).
Pada 2015 atau di usia 19 tahun, Rey bergabung dengan Partai Golkar.
Ia langsung diberi posisi sebagai wakil bendahara di DPD Partai Golkar Kabupaten Sumedang.
Kiprah politiknya terus menanjak setelah ia dipercayai masuk DPD Partai Golkar Provinsi Jabar.
Baru masuk, ia sudah menempati posisi Wakil Sekretaris Jenderal bidang organisasi, pendidikan, dan tenaga kerja.
Kiprah politik Rey tak lepas dari campur tangan Ketua DPD Partai Golkar Jabar, Dedi Mulyadi.
Rey menyebut, Dedi yang memberinya tiket untuk maju di Pileg 2019 tingkat Provinsi Jabar.
Ia pun terkejut dengan keputusan tersebut.
Sebab, saat itu ia hanya ingin maju untuk pemilihan DPRD Kabupaten Subang.
"Momentumnya kemarin waktu beres Pilkada serentak 2018. Saya enggak nyangka, tadinya saya ingin nyalon tapi hanya percaya diri di tingkat kabupaten. Sampai akhirnya Pak Dedi ngasih tiket. Ya sudah jalani," kata Rey.
Ada satu wejangan yang diberikan Dedi Mulyadi kepada Rey, saat penetapan caleg terpilih di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Cuma satu pesannya 'sing nyaah ka rakyat alit' (harus menyayangi rakyat kecil), itu sangat menggerakan hati kita," ujar Rey.
Rey menuturkan, pada Pileg 2019, Golkar memang banyak menerjunkan politisi muda.
Kehadiran politisi muda, kata Rey, untuk mengubah stigma Golkar sebagai partai orang tua.
"Pak Dedi ingin menghilangkan stigma Golkar sebagai partai orang tua. Pak Dedi ingin regenarasi yang baik. Hampir di setiap Dapil anak muda dikasih tiket," ucapnya.