"Saya nggak ngambek. Betul nggak ngambek. Kalau begitu ada alasan lain?," jelas Rocky Gerung.
Mendengar pertanyaan dari Rocky Gerung, Karni Ilyas menjawab bahwa selama ini dirinya kadang-kadang menggunakan simbol saat berkomunikasi.
"Simbol yang mungkin dimaknai berbeda-beda oleh banyak orang," kata Karni Ilyas.
Rocky Gerung menanggapi bahwa simbol hanya bisa dikomunikasikan jika ada referensi yang sama.
Namun, hal itu berdasarkan semiotik. Saat ILC cuti, Karni Ilyas menggunakan semiotik badai.
Terkait semiotik badai ini, Karni Ilyas mempertanyakan nama badai tersebut.
"Apa nama badai itu? Kita mau tahu supaya simbolnya jelas. Badainya apa? Dari Atlantik, dari Pasifik atau dari Laut Jawa badainya?," tanya Rocky Gerung.
Semiotik badai itu, kata Rocky Gerung, harus dijelaskan maknanya agar terang benderang.
"Asbabun nuzul dari badai itu dari mana? Badai biasanya diberi nama perempuan," jelas dia.
Untuk memperjelas argumennya, Rocky Gerung memperjelas asal usul penamaan badai yang awalnya diambil dari nama wanita.
Rocky Gerung juga menjelaskan bahwa terjadi penamaan badai secara bergiliran dengan nama wanita dan pria.
Karni Ilyas menjawab spontan sembari berpikir sejenak terkait nama badai yang melanda ILC.
"Ya, Nyai Roro Kidul lah gitu," jawab Karni Ilyas seraya tersenyum.
Rocky Gerung melanjutkan, sampai sekarang dirinya nggak tahu jenisnya apa, badainya apa?
"Barbie nggak mungkin karena nama boneka. Jadi sampai sekarang orang bertanya, apa sih badai itu namanya supaya orang bisa tahu ciri-ciri geografis dari badai itu, dimana dia beroperasi, seberapa kuat badai itu. Kalau nggak saya yang beri nama badainya. Saya beri nama ngaciro, nanti orang marah lagi. Badai jaenudin namanya," tukasnya. (*)