Namun, ia adalah salah satu yang dilepaskan.
Sempat tidak termonitor aktivitas politiknya pasca-Reformasi, nama Andi muncul kembali di publik pada tahun 2004, menjelang pemilihan umum.
Andi menempatkan diri sebagai salah satu pimpinan organisasi relawan yang menyokong elektabilitas salah satu kandidat Pemilu, Susilo Bambang Yudhoyono.
Pilihan politik Andi kala itu sempat diprotes kalangan aktivis. Mengingat, latar belakang SBY berasal dari militer dan memiliki kaitan dengan sejumlah kasus HAM masa lalu.
Usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan SBY-Jusuf Kalla sebagai pemenang Pemilu 2004, karier Andi semakin bersinar.
Secara bertahap, ia diberikan sejumlah posisi, antara lain Komisaris PT Pos Indonesia hingga Staf Khusus Presiden.
Kariernya di politik juga demikian pesat. Ia sampai dipercaya menjabat sebagai Wakil Sekjen Partai Demokrat hingga saat ini.
Kontroversial
Dalam dinamika Pemilu 2019 ini, Andi beberapa kali menyita perhatian publik.
Ia kerapkali melontarkan pernyataan bernuansa sensasi sekaligus mengundang kontroversi di media sosial.
Contohnya, ketika Prabowo Subianto mengumumkan calon wakil presiden pendampingnya di Pilpres 2019.
Tepatnya Rabu (8/8/2018). Andi mengatakan, Partai Demokrat terancam batal berkoalisi dengan Partai Gerindra dan kawan- kawan.
Sebab, Prabowo dinilai mengakomodir politik transaksional dalam hal menentukan cawapres sehingga kesepakatan politik dengan Demokrat yang sebelumnya sudah menjadi komitmen, terancam tidak jadi dilaksanakan.
Saking kesalnya, Andi menyebut Prabowo sebagai jenderal yang lebih mementingkan uang.
Bahkan, ia mengaku partainya menolak kedatangan Prabowo ke kediaman SBY pada Rabu malam.
"Padahal, untuk menang bukan berdasarkan politik transaksional, tapi dilihat siapa calon yang harus menang. Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus. Jenderal kardus itu jenderal yang enggak mau mikir, artinya uang adalah segalanya," kata Andi di akun Twitter-nya.
Cuitan kontroversial itu berbuntut panjang. Kasus itu sampai diusut Bawaslu dan hingga saat ini belum dinyatakan dihentikan pengusutannya.
Cuitan kontroversial lainnya dari Andi, yakni mengenai surat suara dari China di Terminal Tanjung Priok.
Pada Rabu (2/1/2019), ia menulis di akun Twitter-nya, "Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yg sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya karena ini kabar sudah beredar."
Andi kemudian menghapus cuitan itu.
Belakangan, KPU, Bawaslu dan Bea Cukai turun tangan mengecek cuitan Andi dan sudah dinyatakan bahwa kabar yang diungkapkan Andi itu hanyalah hoaks belaka.
Kini, penangkapan Andi lantaran kasus narkoba membuka babak baru bagi kariernya ke depan. (*)