Ustadz Abdul Somad

Ustadz Abdul Somad Menangis di Perjalanan Menuju Gua Hira, "Salahkah Kami Menapaki Tapak Kakinya?"

Penulis: Nasaruddin
Editor: Nasaruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Abdul Somad Menangis di Perjalanan Menuju Gua Hira, Salahkah Kami Menapaki Tapak Kakinya?

Ustadz Abdul Somad Menangis di Tengah Perjalanan Menuju Gua Hira

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ustadz Abdul Somad Menangis di Tengah Perjalanan Menuju Gua Hira.

Ustadz Abdul Somad menangis saat berbicara di tengah-tengah jemaah Umroh yang sedang menuju Gua Hira tempat Rasulullah SAW menerima wahyu.

"Hari ini kita tak pernah merencanakan bahwa akan bersama di tanah suci Makkah. Datang dari berbagai latar belakang, yang menyatukan kita satu ikatan La Ila ha Illa Allah Muhammad Rasulullah," kata Ustadz Abdul Somad.

Dari atas Jabal Nur, tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, kita dapat menyaksikan kota Makkah al Mukarromah.

"Betapa kecilnya kita di hadapan kuasa Allah SWT. Kita tak ada apa-apanya," kata Ustadz Somad.

Baca: Doa Agar Terbebas dari Lilitan Hutang, Ustadz Abdul Somad Ungkap Rasulullah SAW Mengajarkan Doa Ini

Baca: Sosok Ini Bikin Ustaz Abdul Somad Menangis saat Ceramah di Madinah

Baca: Ustadz Abdul Somad Terpukau Karantina Tahfiz Alquran, Ini Pesannya untuk Wujudkan 1 Rumah 1 Hafiz

Baca: Air Mata Ustadz Abdul Somad Tak Terbendung, Suaranya Tiba-tiba Menjadi Pelan di Hadapan Jemaah

Baca: Mahasiswi Ngajak Salaman, Ustadz Abdul Somad Lakukan Hal Ini: Saya Dapat dari Mahabrata

Sekali-sekali kita perlu naik ke atas melihat ke bawah. 

"Pemetaan. Dimana kita berada akan kemana kita pergi, apa yang sudah kita siapkan," katanya.

Kebersamaan ini tak lama. Hanya sekadar malaikat maut datang mencabut nyawa.

Kalau sempat kita beramal soleh beribadah, bersama di sini, bersama karna Allah.

"Bukan karena politik, bukan karena ormas bukan karena dunia bukan karena kepentingan dan setelah inipun kita akan pergi ke tempat yang lebih kekal dan abadi," katanya.

Sekarang ini panas terik. Tak lama lagi azan Zuhur berkumandang dari tanah suci Makkah al Mukarromah.

"Tapi ada yang mendapatkan naungan nanti. Saat itu tak ada naungan kecuali naungan singgasana Allah," ujarnya.

Ustadz Abdul Somad menjelaskan, mereka yang naik ke atas ini bukan karena batu-batu yang keras dan tajam.

"Kami datang ke atas ini karena dia (Rasulullah SAW) yang pernah sampai ke atas. Apa yang kami cari ke atas ini, tidak ada," katanya.

Hanya ingin sekadar merasakan apa yang dulu dia rasakan. Hanya ingin sekadar merasakan bagaimana detak jantungnya. 

Bagaimana hembusan nafasnya, bagaimana goyah kakinya, bagaimana ayunan tangannya, 1440 tahun yang lalu.

Lebih dari pada itu, bagaimana kira-kira perasaannya saat itu. Saat dia dicaci maki, disumpah serapah.

Saat dia dibenci, tidak disukai.

Rasa itu yang tidak dapat diungkapkan dari hanya sekadar membaca buku. 

Rasa itu yang tidak mungkin dirasakan orang yang hanya melihat gambar. 

"Itu sebenarnya yang ingin kami cari. Tidak ingin yang lain," tegas Ustadz Abdul Somad. 

Kami tidak dapat mendekatkan diri kepada Nabi karena kami tidak hidup di zaman Nabi SAW.

Kami tidaklah seperti Anas bin Malik yang mencium tapak tangan Nabi SAW.

Kami tidak seperti Abu Hurairoh yang hidup ikut kemana saja menghafal ucapan kata-katanya.

Kami hanyalah hamba-Mu yang hidup 14 abad setelah dia.

Kami tak melihat wajahnya, kami tak melihat rupanya. 

Salahkah kami bisa menapaki tapak-tapak kakinya?

Salahkah kami bila ingin melihat, merasakan yang pernah dia rasakan dulu?

Kami hanya ingin ketika kami mati, kalimat yang keluar dari mulut kami adalah kalimat yang dia ajarkan.

"Laa ilaha Illallah Muhammad Rasulullah," katanya.

Berikut videonya:

Sehat Ala Rasulullah SAW

Ustadz Abdul Somad berkesempatan ke Gua Hira yang terletak di Jabal Nur.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan menuju Gua Hira, nafas tersengal, detak jantung tak normal, keringat menetes, peluh basah, menunjukkan betapa sehatnya Nabi Muhammad SAW.

Waktu itu usai Nabi Muhammad SAW menurut Ustadz Abdul Somad adalah 38, 39 dan 40.

"Karena beliau tiga kali naik ke atas ini," katanya.

Nabi Muhammad SAW bukanlah orangtua yang duduk di masjid berzikir menunggu kematian tiba.

"Tidak. Dia pernah menjadi anak muda. Be Strong. Jadilah anak-anak muda yang sehat. Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah," kata Ustadz Somad.

Berita Terkini