Citizen Reporter

Waspadai Hipertensi Saat Hamil

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr Windy, Dokter Puskesmas Rawat Jalan Sungai Kunyit

Citizen Reporter

Dr Windy

Dokter Puskesmas Rawat Jalan Sungai Kunyit

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Tidak semua wanita menjalani masa kehamilan dengan lancar. Ada hal-hal yang bisa mengganggu kondisi kesehatan ibu hamil. Salah satunya adalah menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi dalam kehamilan.

Menurut World Health Organitation (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin.

Baca: IAIN Dorong UKM Olahraga di Lingkungan Kampus

Baca: Korban Tsunami Banten Asal Kota Singkawang Akhirnya Dijemput Pemkot dan Keluarga di Pandeglang

Ditemukan angka kejadian hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 persen, di mana hanya 7,2 persen ibu yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4 persen kasus yang minum obat hipertensi.

Yang kita ketahui hipertensi dalam masa kehamilan adalah adanya tekanan darah lebih dari 140 / 90 pada masa kehamilan.

Terdapat beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan, antara lain hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklampsia ringan dan berat, dan eklampsia.

Baca: Salah Operasi! Dokter Angkat Testis Yang Sehat, Balita 2 Tahun Ini Terancam Mandul

Baca: Kesehatan Mental dari Kenakalan Remaja dan Cara Mengatasinya

Hipertensi dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan maternal di Indonesia disamping perdarahan dan infeksi. Sehingga sebagai ibu hamil seharusnya mewaspadainya sebelum terlambat.

Ada lima fakta yang harus diwaspadai terkait risiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) :

Pertama, kebutaan. Preeklamsia dapat memicu gangguan pada pembuluh darah di mata. Bahkan, pembuluh darah mata di retina bisa pecah sehingga memicu kebutaan.

Baca: Mahasiswa Keperawatan Untan Adakan Penyuluhan Kesehatan DBD dan Hipertensi di Masyarakat

Baca: Mengejutkan! 31 Persen Warga Pontianak Mengidap Hipertensi 

Tapi lanjutnya, pada kondisi yang ringan seperti misalnya pembengkakan pada otak yang mengenai saraf mata, hal ini hanya membuat pasien buta sementara.

Karena adanya pembengkakan pada saraf mata di otak, dia mungkin tidak bisa lihat untuk sementara waktu. Tapi kalau sudah tidak bengkak dia bisa melihat lagi. Jadi tergantung seberapa beratnya.

Kedua, berkurangnya aliran darah ke ari-ari (plasenta). Risiko yang mungkin dialami pada ibu hamil dengan hipertensi adalah kurangnya pasokan aliran darah, oksigen dan nutrisi ke bayi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan bayi dan meningkatkan risiko bayi berat badan lahir rendah.

Ketiga, penyakit kardiovaskular (jantung) di masa depan. Wanita yang mengalami preeklampsia (ditandai dengan tingginya tekanan darah dan protein dalam urin/air kencing setelah 20 minggu kehamilan), berisiko mengalami peningkatan penyakit kardiovaskular(Jantung) di kemudian hari, meskipun fakta menunjukkan bahwa tekanan darah akan kembali normal setelah melahirkan.

Memasuki usia 40-50 tahun, sebanyak 25-30 persen kasus hipertensi pada ibu hamil akan mengalami masalah kardiovaskular(jantung). Mereka harus merubah pola hidup karena risikonya cukup besar.

Keempat, plasenta abrupsio (ari-ari lepas sebelum waktunya). Pada beberapa kasus ibu hamil dengan hipertensi, plasenta dapat terlepas sebelum waktunya dan terpisah dari rahim.

Abrupsio plasenta akan menghentikan pasokan oksigen ke bayi dan menyebabkan perdarahan yang berat pada ibu. Risikonya adalah kematian pada janin.

Terakhir, kelima, kelahiran prematur (kurang bulan). Untuk mencegah terjadinya komplikasi berbahaya yang mungkin bisa mengancam nyawa ibu atau bayi, tidak jarang masa kehamilan dipercepat sebelum waktunya sehingga bayi berisiko lahir secara prematur (kurang bulan).

Dalam program perawatan kehamilan (antenatal care) terdapat beberapa perilaku sehat antara lain pemeriksaan kehamilan secara teratur, makanan yang bergizi, tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan dan mengikuti senam hamil.

Dengan kesadaran diri ibu hamil serta kerjasama yang baik antara masyarakat, petugas kesehatan dan pemerintah, maka angka kejadian hipertensi dalam kehamilan serta risiko yang diakibatkannya dapat dikurangi secara signifikan. Sehingga diharapkan ibu hamil dapat melakukan persalinan secara normal.

Selama anda hamil memliki tekanan darah tinggi coba periksakan ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga ibu dan janinnya juga dapat dipastikan dalam kondisi sehat.

Mungkin itu saja informasi yang dapat saya berikan terkait mewaspadai risiko tekanan darah tinggi dalam kehamilan. Semoga bisa bermanfaat untuk semua ibu hamil setelah membaca ini. Salam sehat Indonesia. (*)

Yuk Follow Akun Instagram Tribunpontianak:

Berita Terkini