Rubaeti: Tenun Sambas Aset Yang Harus di Lestarikan

Penulis: Hamdan Darsani
Editor: Jamadin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota DPD RI Kalbar Rubaeti Erlita

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Hamdan

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Tenun sambas merupakan salah satu kain khas yang ada di Kalbar. Tenun Sambas sendiri berasal dari wilayah paling utara di Kalbar.

Lantaran ke khasanya seperangkat kain tenun sambas biasa dijadikan sebagai seserahan ataupun hantaran pada pesta perkawinan khususnya pada masyarakat melayu di Kalbar.

Anggota DPD RI Kalbar Rubaeti Erlita menilai songket sambas atau dikenal juga tenun sambas merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh kabupaten sambas dan kalbar pada khususnya.

Peminatnya datang bukan hanya datang dari kalbar saja, akan tetapi juga datang dari luar negeri bahkan mancanegera seperti Malaysia, Brunai dan Singapura.

Baca: Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakar Lahan di Desa Punggur

"Kain tenun Sambas ini aset bagi masyarakat sambas. Sehingga keberadaanya tentu saja bisa menjadi daya tarik wisatawan atau penggiat fashion datang ke Sambas," ujarnya Kamis (23/8/2018)

Di era modern seperti ini, kain tenun sambas tentunya bukan hanya digunakan pada acara perkawinan ataupun acara adat di Sambas, akan tetapi bisa dimatchingkan dan dikombinasikan dengan trend fashion kekinian.

Baca: 23 Bacaleg Diduga Palsukan Surat Kesehatan, berikut Pernyataan Ketua Bawaslu

"Dengan begitu, corak tenun Sambas akan menjadi tren fashion anak muda. Sehingga tenun Sambas akan warisan budaya yang akan terus dilestarikan," ujarnya.

Sebagai upaya melestarikan dan memperkenalkan tenun sambas, Rubaeti mengatakan dirinya sering menggunakan tenun sambas pada kegiatan-kegiatan tertentu dalam menjalankan tugasnya sebagai senator di senayan.

Baca: KPU Sambas Tetapkan DPT Pileg 2019, Segini Jumlahnya

"Saat ini kain tenun sambas sudah sering diikutkan pada pameran-pameran nasional. Namun tentunya itu tidaklah cukup, perlu peran semua pihak agar tenun sambas dapat menembus pasar fashion nasional dan internasional," ujarnya.

Agar terus lestari, Rubaeti juga menilai perlunya regenerasi pengrajin tenun di Kabupaten sambas. Kebanyakan penenun yang ada di Sambas merupakan orang yang sudah tua. Jika tidak ada regenerasi dari untuk penenun muda, dikhawatirkan tidak ada lagi yang bisa membuat tenun sambas lantaran sudah tidak ada yang menjadi penenun.

"Kebiasaan menenun tentu juga harus dilestarikan sebagai upaya untuk tetap melesatarikan kain tenun Sambas, agar tak hilang ditelan zaman dan modernisasi," ujarnya. 

Berita Terkini