Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pakar Ekonomi Universitas Tanjungpura, Profesor Eddy Suratman memberikan masukan pada Pemkot Pontianak terkait apa yang harus semestinya diperhatikan dalam melakukan proyeksi pergerakan pertumbuhan ekonomi makro.
Ia menjelaskan negara-negara maju saja diperkirakan pertumbuhan ekonomi mereka hanya berada pada posisi 2,1 persen dan pertumbuhan global sekitar 3,6 persen untuk tahun 2018 ini maka itu harus menjadi rujukan bagi daerah dalam melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 mendatang.
Baca: Alasan Panwaslu Pontianak Terkait APK Dinilai Tak Logis
Pontianak khususnya dan Kalbar secara umum, perekonomian masih bertopang pada komoditi CPO, tambang dan karet, jika pertumbuhan ekonomi dinegara maja hanya 2,1 persen maka dapat disimpulkan akan terjadi stagnan volume ekspor yang ada.
Hal karena konsumen dari komoditi yang ada di Kalbar adalah negara-negara maju.
Baca: Kadishub Pontianak Akui Belum Ada Peminjaman Crane Dari Satpol Maupun Panwaslu
Maka ia memberikan masukan pada Pemkot Pontianak untuk lebih rasional dalam menetapkan target, dengan melihat ekonomi secara global.
"Lebih rasional untuk pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak itu, 5,5 persen. Karena dunia juga kondisinnya seperti itu. Indonesia juga menargetkan 5,4 persen pertumbuhan 2018 ini. Menurut saya rasionalnya tahun 2019 memang sekitar 5,5 persen saja," kata Prof Eddy Suratman, Selasa (20/3/2018).
Eddy Suratman telah mengkalkulasi dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sekitar 5,5 persen tersebut dibutuhkan investasi sekitar Rp6 triliun untuk bisa mewujudkannya.
"Kalau Pemkot menargetkan 6 persen lebih, maka investasi harus lebih tinggi lagi bahkan sekitar Rp 7 triliun agar berat saya rasa," ujar Guru Besar Untan ini.
Untuk investasi sebesar Rp6 triliun itu Eddy jelaskan investasi Kota Pontianak bisa Rp1 triliun dari APBD, APBN bisa Rp2 triliun, provinsi bisa Rp0,5 triliun dan swasta bisa Rp 3 trilun, sehingga total investasi yang ada di Pontianak sekitar Rp6 triliun bahkan lebih.
"Harga komoditi juga tahun 2019 akan drop seperti sekarang ini, baik karet, sawit maupun tambang. Jadi jangan berharap komoditi ada naik. Bertahan saja sudah baik, alasannya karena negara maju pertumbuhan ekonomi mereka stagnan, sedangkan kita mengirim komoditi itu di negara maju," pungkasnya.